JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menegaskan kembali sinyal untuk mempertahankan suku bunga acuan alias BI rate di level 6,5% dalam waktu yang lebih lama. Bank sentral meyakini, level BI rate sebesar itu masih cukup untuk mendukung sasaran inflasi tahun ini dan tahun depan. Deputi Gubernur BI Budi Mulya menjelaskan, BI masih memiliki sisa waktu dua bulan di tahun 2010 ini untuk melihat apakah target inflasi 5% +/- 1% bisa terlampaui atau tidak. Namun, bila November terjadi deflasi, besar kemungkinan, inflasi 2010 tidak akan melebihi batas atas sasaran inflasi yaitu 6%. "Kami lihat, berdasarkan siklus, inflasi November itu biasanya lebih rendah dari inflasi Oktober. Kita lihat saja nanti," jelasnya di Jakarta, Kamis (11/11).Budi juga mengingatkan, BI fokus mencermati ekspektasi inflasi di masa yang akan datang. "Kami tidak lihat inflasi tahun berjalan ya, tapi inflasi ke depan. Bagaimana ekspektasi inflasi dari masyarakat," katanya.Banyak pengamat menduga, aliran dana asing memang masih akan deras mengalir. Namum, BI juga tidak akan memilih instrumen bunga acuan untuk mengendalikan likuiditas. Misalnya, dengan menurunkan BI rate. Maklum, menurunkan bunga acuan akau menambah uang beredar dan memicu konsumsi masyarakat. Ujung-ujungnya, dampak kebijakan seperti ini akan memicu inflasi. "Apa pun yang terjadi di global dan efeknya ke kita, BI cuma memikirkan satu hal, yaitu apakah target inflasi yang dimandatkan UU tercapai atau tidak. Untuk mencapai itu, ada banyak pertimbangan karena situasi hari ini berbeda dengan situasi yang lalu. Banyak capital inflow," jelas Budi.Catatan saja, pada sidang tanggal 4 November lalu, Dewan Gubenur BI kembali mempertahankan BI rate di angka 6,5%. Jika jika kita tengok ke belakang, artinya, bank sentral sudah menjaga bunga acuan di angka yang sama dalam 16 bulan terakhir. Pertama kali, BI menetapkan BI rate di angka 6,5% pada tanggal 5 Agustus 2009. Angka ini juga merupakan yang terendah di dalam sejarah.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Masih mampu menahan inflasi, BI mungkin terus pertahankan bunga 6,5%
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menegaskan kembali sinyal untuk mempertahankan suku bunga acuan alias BI rate di level 6,5% dalam waktu yang lebih lama. Bank sentral meyakini, level BI rate sebesar itu masih cukup untuk mendukung sasaran inflasi tahun ini dan tahun depan. Deputi Gubernur BI Budi Mulya menjelaskan, BI masih memiliki sisa waktu dua bulan di tahun 2010 ini untuk melihat apakah target inflasi 5% +/- 1% bisa terlampaui atau tidak. Namun, bila November terjadi deflasi, besar kemungkinan, inflasi 2010 tidak akan melebihi batas atas sasaran inflasi yaitu 6%. "Kami lihat, berdasarkan siklus, inflasi November itu biasanya lebih rendah dari inflasi Oktober. Kita lihat saja nanti," jelasnya di Jakarta, Kamis (11/11).Budi juga mengingatkan, BI fokus mencermati ekspektasi inflasi di masa yang akan datang. "Kami tidak lihat inflasi tahun berjalan ya, tapi inflasi ke depan. Bagaimana ekspektasi inflasi dari masyarakat," katanya.Banyak pengamat menduga, aliran dana asing memang masih akan deras mengalir. Namum, BI juga tidak akan memilih instrumen bunga acuan untuk mengendalikan likuiditas. Misalnya, dengan menurunkan BI rate. Maklum, menurunkan bunga acuan akau menambah uang beredar dan memicu konsumsi masyarakat. Ujung-ujungnya, dampak kebijakan seperti ini akan memicu inflasi. "Apa pun yang terjadi di global dan efeknya ke kita, BI cuma memikirkan satu hal, yaitu apakah target inflasi yang dimandatkan UU tercapai atau tidak. Untuk mencapai itu, ada banyak pertimbangan karena situasi hari ini berbeda dengan situasi yang lalu. Banyak capital inflow," jelas Budi.Catatan saja, pada sidang tanggal 4 November lalu, Dewan Gubenur BI kembali mempertahankan BI rate di angka 6,5%. Jika jika kita tengok ke belakang, artinya, bank sentral sudah menjaga bunga acuan di angka yang sama dalam 16 bulan terakhir. Pertama kali, BI menetapkan BI rate di angka 6,5% pada tanggal 5 Agustus 2009. Angka ini juga merupakan yang terendah di dalam sejarah.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News