KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus
bullying atau perundungan di sekolah masih menjadi catatan hitam dunia pendidikan yang cukup sukar dihapus. Berita mengenai korban perundungan setiap tahunnya selalu muncul di pemberitaan nasional juga internasional. Berbagai upaya telah dicetuskan oleh berbagai pihak untuk menekan angka korban
bullying di sekolah. Banyak seminar dan pembekalan yang diberikan, tetapi angka perundungan masih tetap ada. Mengetahui dan memahami faktor pemicu perundungan, bisa menjadi langkah awal untuk mencegah kasus
bullying di sekolah.
Dilansir dari
Kompas.com, kebanyakan pelaku
bullying di sekolah memiliki masalah dengan keluarga mereka. Ketidakharmonisan di rumah, membuat anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua. Renggangnya komunikasi antara orang tua dan anak akan melemahkan kontrol orang tua terhadap perilaku buah hati mereka.
Baca Juga: Pakistan larang sementara gim PUBG, ini alasannya Kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT, juga menjadi salah satu pemicu anak untuk melakukan hal yang sama. Kekerasan akan Mereka akan membawa kebiasaan ini dan mempraktekannya di sekolah.
Korban
bullying lebih rentan untuk melakukan hal yang sama terhadap orang lain, dibandingkan anak-anak lain. Korban perundungan yang tidak segera mendapatkan pendampingan, lebih rentan untuk melakukan “balas dendam” kepada orang lain. Pendampingan penting untuk membantu korban memulihkan trauma, dan menghilangkan rasa ingin balas dendam mereka.
Baca Juga: Cara menjaga keharmonisan keluarga selama pandemi Corona Masalah keluarga dan trauma kemudian menimbulkan stress pada pelaku. Untuk menghilangkannya, mereka yang “lepas kendali” akan melakukan
bullying ke teman yang mereka anggap lemah. Kurangnya pengawasan dan bimbingan orang dewasa menjadi penyebab anak memilih hal yang negatif untuk melepas stress mereka.
Maraknya genk atau kelompok pertemanan menjadi salah satu faktor adanya
bullying di sekolah. Biasanya kelompok pertemanan ini terdiri dari anak-anak yang memiliki banyak persamaan. Genk inilah yang kemudian digunakan untuk merundung anak lain yang berbeda dengan mereka. Biasanya banyak anggota kelompok pertemanan tersebut yang hanya ikut-ikutan, karena takut menjadi korban bullying anggota lain. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News