Masih mendominasi, Rusia dan AS menyumbang 86% hulu ledak nuklir global



KONTAN.CO.ID - NAGASAKI. Jumlah hulu ledak nuklir global mengalami penurunan dalam setahun terakhir. Meski begitu, angkanya masih cukup tinggi. Bahkan, beberapa negara tercatat menambah hulu ledak nuklirnya.

Peneliti dari Universitas Nagasaki memperkirakan, jumlah hulu ledak nuklir global saat ini mencapai 13.130 per Juni 2021. Walau tinggi, jumlah ini turun sekitar 280 dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Dilansir dari Kyodo, para peneliti menduga penurunan jumlah hulu ledak nuklir ini didorong oleh upaya untuk mengurangi dan memodernisasi persenjataan di tengah-tengah ketegangan antara kekuatan nuklir utama dunia.


Pusat Penelitian untuk Penghapusan Senjata Nuklir Universitas Nagasaki dalam laporan Juni lalu mengatakan, jumlah yang berkurang tidak menunjukkan perlambatan perlombaan senjata nuklir karena hulu ledak dalam persediaan militer tidak berkurang di sembilan negara.

Dari total lebih dari 13.000 tersebut, jumlah hulu ledak dalam persediaan militer global naik menjadi 9.615 dari sebelumnya 9.346. Rusia dan Amerika Serikat jadi pemilik terbanyak dengan sumbangan hingga 86%.

"Perlombaan senjata nuklir sedang berlangsung kembali antara Amerika Serikat dan Rusia, karena ketegangan dan konflik tiga arah termasuk China terus berlanjut," kata Keiko Nakamura, profesor yang terlibat dalam penelitian tersebut.

Baca Juga: AS: Peningkatan kekuatan militer China mulai mengkhawatirkan

Rusia dan Amerika Serikat mendominasi

Dari sembilan negara bersenjata nuklir, Rusia memiliki jumlah hulu ledak terbanyak, mencapai 6.260. Diikuti oleh Amerika Serikat dengan 5.550 dan China sebanyak 350.

Sisanya, ada Prancis dengan 290, Inggris dengan 225, Pakistan dengan 165, India dengan 160, Israel dengan 90, dan Korea Utara dengan 40 hulu ledak nuklir.

China dan Inggris masing-masing menambah 30 hulu ledak dari tahun sebelumnya. Sementara Pakistan, India, dan Korea Utara masing-masing menambahkan sekitar 5 hingga 10.

Rusia dan AS sebagai pemilik hulu ledak nuklir terbanyak pada Februari lalu memperpanjang Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (New START) yang membatasi kepemilikan senjata nuklir. Kedua negara sepakat untuk memperpanjang kesepakatan sampai 5 tahun lagi.

Berbanding terbalik dengan itu, Pemerintah Inggris pada Maret memutuskan untuk menaikkan batas hulu ledak nuklirnya menjadi 260 dari 180, dengan alasan untuk mengatasi risiko kelompok teroris meluncurkan serangan kimia, biologi, bahkan nuklir.

Selanjutnya: Perlombaan nuklir global mulai berkembang, jumlah senjata mematikan ini meningkat