Masih merugi, emiten penerbangan tetap siap ekspansi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masuknya PT AirAsia Indonesia Tbk lewat skema backdoor listing menambah lagi emiten maskapai penerbangan di papan bursa.

Sejak 3 Januari 2018 lalu, kode saham CMPP resmi berubah nama dari PT Rimau Multi Putra Prima Tbk menjadi PT AirAsia Indonesia Tbk. CMPP pun mengubah lini bisnis mereka dari penambangan batubara menjadi penerbangan komersial berkat perubahan nama ini.

Sayangnya, kinerja AIrAsia Indonesia terlihat masih belum moncer. Dalam prospektus penambahan modal lewat hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) CMPP yang dirilis Desember 2017 lalu, pendapatan AirAsia Indonesi hingga semester I-2017 lalu memang mengalami peningkatan 6,06% year-on-year (yoy) menjadi Rp 1,92 triliun.


Namun lantaran beban usaha yang besar mencapai Rp 1,71 triliun, AirAsia Indonesia masih harus menanggung rugi sebesar Rp 557,78 miliar di semester pertama tahun lalu.

Walau masih merugi bukan berarti mereka tak punya rencana ekspansi. "Tahun ini kami berencana mendatangkan dua pesawat Airbus A320 untuk menambah armada yang sudah ada. Kedatangan pesawat baru tersebut juga akan diikuti oleh pembukaan beberapa rute baru," ujar Direktur Utama AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan, Senin (15/1).

Kondisi keuangan yang kurang baik pun melanda PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Maskapai penerbangan milik negara ini masih mencatatkan kerugian sebesar US$ 222,04 juta di kuartal III-2017 lalu. Meski begitu, mereka sudah menyiapkan beberapa rencana ekspansi di tahun 2018 ini.

"Tahun ini kami tidak memiliki rencana untuk menambah pesawat baru. Meski begitu, kami berencana untuk memaksimalkan utilisasi pesawat kami dengan cara menambah frekuensi penerbangan di beberapa kota dan menambah rute penerbangan baru, terutama dari kota-kota besar seperti Medan, Palembang, dan Makassar," ujar VP Corporate Communication GIAA Ikhsan Rosan.

Terkait kinerja emiten penerbangan, Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menilai hal tersebut akan sangat tergantung pada volume penumpang, harga tiket, serta biaya bahan bakar. Ketiga hal tersebut memberikan pengaruh besar terhadap kinerja mereka.

Menurutnya, jika memang ada peningkatan volume penumpang dari penambahan destinasi penerbangan, kemungkinan kinerja akan semakin membaik.

"Namun, hal ini juga berarti kebutuhan bahan bakar mereka akan semakin meningkat sehingga beban mereka mungkin akan terus bertambah," papar Reza.

Belum lagi, harga minyak dunia diprediksi akan terus meningkat di tahun 2018 ini. Hal ini jelas akan mempengaruhi beban bahan bakar yang harus mereka tanggung sepanjang tahun ini lantaran harga avtur yang semakin meningkat seiring dengan naiknya harga minyak.

Reza pun cenderung pesimistis kondisi bagi kedua emiten ini bakal berbalik positif di tahun ini. Ia pun bersikap netral pada saham CMPP dan GIAA lantaran keduanya masih belum merilis laporan kinerja keuangan mereka selama tahun 2017 lalu.

Adapun pada penutupan perdagangan hari ini, saham CMPP ditutup melemah 10,27% di level Rp 498. Sementara saham GIAA tak bergerak di level Rp 302 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto