Masih Ramai, Begini Prospek Saham Emiten yang Menggelar Rights Issue di Akhir 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang tutup tahun 2023, masih ramai emiten yang akan menggelar penambahan modal lewat skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue. Aksi korporasi ini berbarengan dengan lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kini telah menyentuh level 7.134,62.

Di antara emiten yang akan menggelar rights issue, terbaru ada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) yang berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 92,23 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Aksi ini berkaitan dengan suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 6 triliun, dengan target pencairan paling lambat kuartal I-2024.

Selain WIKA, PT Bank BTPN Tbk (BTPN) bakal menggelar rights issue dengan menawarkan hingga 3,09 miliar saham. BTPN berencana menggunakan dana yang diterima sebagai pembiayaan proyek yang akan datang untuk pertumbuhan inorganik, termasuk akuisisi di perusahaan lain.


Baca Juga: BTPN Masukkan Sektor Batubara ke Daftar Pembiayaan yang Dilarang

Emiten lain yang akan dan sedang menggelar rights issue di antaranya ada PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM), PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR), PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA), PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP), dan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI).

Head of Retail Marketing & Product Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi, menyoroti momentum penguatan IHSG berpotensi membawa sentimen positif terhadap penyelenggaraan rights issue. 

"Kondisi pasar yang bergairah dapat meningkatkan kepercayaan investor dan memudahkan perusahaan untuk menarik dana segar," kata Reza kepada Kontan.co.id, Kamis (7/12).

Hanya saja, setiap saham akan terpapar sentimen yang beragam. Tergantung dari alasan emiten menyelenggarakan rights issue. Mulai dari rencana penggunaan dana, posisi fundamental keuangan, hingga ada atau tidaknya pembeli siaga (standby buyer) yang menunjukkan adanya dukungan kuat untuk aksi ini.

Junior Analyst Sinarmas Sekuritas, Dipta Daniswara mengamati cukup tingginya antusiasme emiten dalam menggelar rights issue pada tahun ini. Pada saat suku bunga masih tinggi, perusahaan akan cenderung mencari opsi pendanaan dengan cost of capital lebih rendah, sehingga rights issue menjadi pilihan yang cukup menguntungkan.

Dari sisi investor, Dipta menekankan perlunya mencermati sejauh mana penggunaan dana rights issue membawa dampak fundamental secara langsung bagi emiten. Faktor penting lainnya adalah valuasi saham sebelum dan sesudah rights issue. 

"Karena aksi korporasi ini akan memiliki efek dilusi kepemilikan saham yang dimiliki investor," kata Dipta.

Research Analyst Reliance Sekuritas Lukman Hakim menyarankan agar pelaku pasar memanfaatkan momentum rights issue untuk menelaah rencana emiten dalam ekspansi maupun memperbaiki kinerja perusahaan. Penggunaan dana untuk mendorong pertumbuhan bisnis akan membawa nilai tambah. 

"Bisa menjadi salah satu cara memilih prospek rights issue," ungkap Lukman.

Baca Juga: Terima PMN Rp 6 Triliun, Wijaya Karya (WIKA) Bakal Rights Issue 92,23 Miliar Saham

Namun, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani memberikan catatan bahwa aksi rights issue tidak selalu mampu mendongkrak harga saham. Respons pasar juga tergantung dari tren pergerakan harga yang sedang terbentuk, serta berbagai sentimen yang mengiringi saham tersebut.

Arjun mencontohkan saham WIKA yang lanjut merosot setelah pengumuman rights issue. Penurunan juga dialami oleh saham PALM. Khusus bagi WIKA, Arjun menilai investor turut mempertimbangkan risiko fundamental keuangan dan posisi utang emiten plat merah tersebut.

Laju saham WIKA semakin berat ketika sentimen negatif masih menyelimuti BUMN Karya, sehingga belum menarik sebagai pilihan investasi. 

"Investor trust terhadap emiten BUMN Karya memang di all time low," ujar Arjun.

Arjun pun menilai saham-saham yang akan dan sedang rights issue di akhir tahun ini belum ada yang menarik dikoleksi. Senada, Lukman juga tidak banyak menyodorkan pilihan. 

Lukman menyarankan wait and see BABP dan BTPN, serta trading buy untuk saham PANI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi