KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan harga batubara turut mempengaruhi bisnis jasa pertambangan PT Samindo Resources Tbk (
MYOH). Di semester I-2020, pendapatan MYOH turun 19,36% (yoy) menjadi US$ 97,46 juta. Beruntung, di saat yang sama perusahaan ini masih mampu mencetak kenaikan laba bersih sebesar 6,47% (yoy) menjadi US$ 12,01 juta. Sekretaris Perusahaan Samindo Resources Ahmad Zaki Natsir mengatakan, kinerja MYOH cukup terpengaruh oleh pandemi Covid-19. Hal ini semakin membebani harga batubara yang pada akhirnya memberi efek pada penurunan volume produksi batubara.
Baca Juga: Samindo Resources (MYOH) bukukan kenaikan laba 6,47% yoy di semester I Sayangnya, ia belum bisa mengungkapkan realisasi kinerja operasional MYOH sepanjang semester pertama seperti volume pengupasan lapisan batuan penutup atau
overburden removal (OB) maupun volume pengangkutan batubara. Yang terang, angka produksi operasional MYOH selama tahun ini berjalan terlihat kurang maksimal. “Harga batubara makin turun dengan adanya pandemi Covid-19, jadi kami hadapi banyak hambatan,” kata dia, Minggu (6/9). Walau begitu, MYOH pada dasarnya tetap berupaya mencari kontrak jasa pertambangan batubara dari pelanggan baru yang tentunya dilakukan secara selektif. Asal tahu saja, selama ini MYOH memperoleh pendapatan lewat pekerjaan jasa pertambangan di Kideco Jaya Agung, anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY). Manajemen MYOH juga fokus pada efisiensi untuk mempertahankan kinerja hingga profitabilitas perusahaan di tengah berbagai tantangan sepanjang tahun ini. Strategi tersebut setidaknya direalisasikan melalui tiga poin utama, yakni standarisasi biaya, optimalisasi potensi internal, dan integrasi proses bisnis. Zaki menyebut, standarisasi biaya merupakan poin utama yang menjadi tugas besar MYOH dalam meningkatkan daya saing. Lalu, MYOH juga fokus memaksimalkan potensi internal dalam mengelola perawatan alat berat sebagai upaya efisiensi atau penghematan. Perusahaan ini dinilai memiliki banyak mekanik andal dengan pengalaman tinggi untuk melakukan hal tersebut. Sejauh ini, usaha tersebut cukup berhasil lantaran berdampak pada biaya produksi perusahaan. Di akhir kuartal satu lalu misalnya, beban pokok produksi MYOH mencapai 87% dari total pendapatan, sementara di kuartal kedua turun menjadi 85%. Dalam catatan Kontan.co.id, MYOH juga memutuskan untuk mengerem pembelian alat-alat berat pertambangan dan memutuskan untuk memaksimalkan alat yang ada sembari terus melakukan perawatan yang optimal. Zaki menambahkan, MYOH juga fokus pada integrasi proses bisnis, khususnya dalam hal penyediaan. “Saat ini kami sedang melakukan proses integrasi dalam hal penyediaan suku cadang alat berat ke seluruh anak perusahaan,” imbuhnya.
Baca Juga: Samindo Resources (MYOH) Menunda Belanja Modal Karena Kondisi Pasar Upaya ini bertujuan agar MYOH mendapatkan harga beli dan biaya pengiriman yang lebih rendah. Ini mengingat banyak suku cadang MYOH untuk alat berat yang merupakan produk impor. Jika impor tersebut terus dilakukan, terutama selama industri tambang batubara diluputi ketidakpastian, tentu akan berdampak pada kinerja MYOH di kemudian hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi