KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesadaran akan pentingya investasi yang berkelanjutan baik dari sisi dampak sosial, pengelolaan yang baik, hingga lingkungan semakin tinggi. Investasi yang berbasis Environment, Sosial, dan Governance (ESG) pun semakin diminati para investor. Hal ini bisa terlihat dari perkembangan reksadana berbasis ESG di Indonesia. Pada tahun lalu, dana kelolaan reksadana berbasis ESG mencapai Rp 3 triliun atau naik tajam dibanding 2019 yang hanya Rp 1,77 triliun. Begitupun dari sisi jumlah produk yang tersedia, naik dari 10 produk pada 2019 menjadi 14 produk pada 2020. Research Analyst Infovesta Utama Felisya Wijaya mengatakan, kinerja reksadana berbasis ESG cenderung masih
underperform. Salah satu indeks yang mengukur kinerja ESG adalah Indeks IDX ESG Leaders. Sebuah indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham yang memiliki penilaian ESG yang baik dan tidak terlibat pada kontroversi secara signifikan serta memiliki likuiditas transaksi dan kinerja keuangan yang baik. Indeks ESG Leaders sepanjang tahun 2021 secara
year to date (ytd) hingga 4 Maret 2021 tertekan 1,67%. Namun selama satu bulan terakhir masih mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,001% ke level 139,56.
Baca Juga: BNP Paribas targetkan AUM reksadana GCES USD tumbuh 15%-20% hingga akhir 2021 Jika dibandingkan dengan kinerja IHSG dan LQ45 masing-masing sebesar 6,65% dan 15,99% secara ytd, kinerja Indeks ESG jelas masih tertinggal cukup jauh. Kendati demikian, Felisya meyakini reksadana berbasis ESG masih memiliki potensi yang menarik ke depannya. Hal ini dikarenakan sektor yang mendominasi di dalam indeks ESG adalah sektor Infrastruktur khususnya telekomunikasi. “Dengan prospek sektor emiten telekomunikasi masih cemerlang seiring kehadiran 5G, maka sektor ini dapat menjadi salah satu penopang kinerja indeks ESG ke depannya. Serta didukung dengan prospek kinerja pasar saham yang perlahan pulih seiring dengan harapan pemulihan ekonomi sejak terjadinya pandemi Covid-19,” kata Felisya kepada Kontan.co.id, Kamis (4/3). Sementara dari sisi minat investor, Felisya mengakui untuk reksadana yang khusus berbasis indeks ESG Leader masih cenderung belum dilirik oleh investor. Ia melihat hal ini dari perkembangan empat produk reksadana yang dalam enam bulan terakhir, yakni Syailendra ETF MSCI Indonesia ESG Universal Index, Pinnacle Indonesia ESG ETF, BNI-AM ETF MSCI ESG Leaders Indonesia dan Batavia Saham ESG Impact, hanya BNI-AM ETF MSCI ESG Leaders Indonesia yang mengalami pertumbuhan unit penyertaan selama satu 6 bulan terakhir per Januari 2021 sebesar 29,73%.
Padahal, empat produk tersebut sebenarnya secara kinerja dalam enam bulan terakhir terus mengalami penguatan kinerja. Asal tahu saja, indeks ESG Leader ini sebenarnya merupakan indeks baru yang diluncurkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir tahun lalu. Namun, terdapat indeks lain yang bisa dijadikan untuk reksadana bertemakan ESG, misalkan SRI-KEHATI, maupun penilai ESG lainnya. “Agar investor tertarik untuk berinvestasi pada reksadana berbasis ESG memang diperlukan waktu yang lebih lama. Indeks ESG Leader harus dapat memberikan kontribusi kinerja yang lebih menarik atau lebih tinggi daripada reksadana berbasis indeks lainnya,” pungkas Felisya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi