Masih tertekan, rupiah berpotensi lanjut melemah pada Selasa (22/6)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berpotensi belum akan keluar dari tekanan pada perdagangan Selasa (22/6). Perpaduan tekanan baik dari sentimen internal maupun eksternal masih akan menjadi pemberat kinerja rupiah pada esok hari.

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengungkapkan, dari sisi eksternal, saat ini pasar masih dipengaruhi oleh sikap The Fed yang ternyata justru mulai hawkish. The Fed sudah secara terbuka akan meningkatkan suku bunga acuan mulai 2023. Bahkan, belakangan ada tersiar kabar, naiknya suku bunga acuan tersebut bisa terjadi lebih cepat, yakni pada 2022.

“Kondisi ini pada akhirnya membuat para investor lebih memilih untuk memegang dolar Amerika Serikat (AS). Di satu sisi, dari dalam negeri sudah tidak ada rilis data ekonomi yang bisa menahan laju pelemahan rupiah,” ungkap Reny kepada Kontan.co.id, Senin (21/6).


Baca Juga: Loyo, rupiah Jisdor melemah 0,35% ke Rp 14.453 per dolar AS pada Senin (21/6)

Bahkan, lonjakan kasus harian Covid-19 yang sudah menyentuh rekor terbaru semakin menambah beban untuk nilai tukar rupiah. Reny menilai, potensi pemberlakuan pembatasan sosial yang lebih ketat bisa menjadi katalis negatif bagi rupiah ke depan. 

Untuk perdagangan Selasa, Reny memproyeksikan rupiah akan bergerak pada rentang Rp14.360 - Rp 14.430 per dolar AS dengan kecenderungan melemah.

Adapun, pada perdagangan Senin (21/6), rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 14.428 per dolar AS atau turun 0,37% dibanding posisi penutupan akhir pekan kemarin. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI), Mata uang Garuda ini melemah 0,35% ke Rp 14.453 per dolar AS.

Selanjutnya: Tak berdaya, rupiah ditutup melemah ke Rp 14.428 per dolar AS pada hari ini (21/6)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi