Maskapai China Borong Ratusan Pesawat Airbus, Boeing Meradang



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pasar aviasi China kembali berdenyut usai babak belur karena dampak COVID-19. Belum lama ini, tiga besar maskapai penerbangan China melakukan pemesanan skala besar dengan membeli ratusan unit pesawat jet Airbus.

Dalam pengumumannya, Air China dan China Southern Airlines masing-masing akan membeli 96 jet tipe A320 neo senilai US$ 12,2 miliar. Dan China Eastern Airlines akan membeli 100 pesawat dengan tipe yang sama senilai US$ 12,8 miliar.

Faktanya, pasar besar Cina menyumbang seperempat dari pengiriman Airbus dan Boeing pada kondisi normal. 

Melansir dari Reuters, berbagai sumber industri mengungkapkan Beijing secara luas menyeimbangkan pembelian jet antara Eropa dan Amerika Serikat dari waktu ke waktu. 

Baca Juga: Pengiriman Tesla Anjlok Akibat Lockdown Covid-19 di China

Hasil kesepakatan tersebut mengisyaratkan langkah nyata Beijing mendekati Eropa yang berujung kekecewaan pihak Boeing.

Mereka mengatakan perbedaan geopolitik yang terus berlarut berdampak pada penjualan pesawat. Ketegangan ini membuat Boeing bereaksi dan memilih jalur dialog konstruktif antara pemerintah Eropa dan Beijing.

"Penjualan pesawat Boeing ke China secara historis mendukung puluhan ribu lapangan pekerjaan Amerika. Kami berharap pesanan dan pengiriman pesawat akan segera dilanjutkan," kata sang sumber.

Sejauh ini, Boeing hanya mengirimkan satu jet komersial ke China dibandingkan Airbus yang mencapai 47 unit. Menurut perkiraan, sekitar 150 pesawat masih menunggu untuk dikirimkan ke Cina.

Baca Juga: Pakai Satelit 3D Seukuran Microwave, Misi ke Luar Angkasa Bakal Makin Murah

Kemenangan komersial Airbus menunjukkan bahwa Airbus masih mendapatkan kepercayaan yang kuat bagi konsumen Tiongkok. Hal ini tidak terlepas dari kesepakatan yang tunduk pada persetujuan pemerintah China.

Di sisi lain, industri penerbangan China berangsur-angsur pulih dalam beberapa pekan terakhir. Setelah sebelumnya, industri penerbangan di Shanghai sempat dibekukan oleh pihak berwenang pada April.

Editor: Tendi Mahadi