JAKARTA. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan mengaku bahwa maskapai lebih tertarik merekrut pilot asing dibandingkan dengan pilot lulusan sekolah penerbangan dalam negeri, karena gaji yang dibayarkan lebih rendah. Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Udara Kemenhub Yuli Sudoso mengatakan, hal itu pula yang menyebabkan rendahnya penyerapan lulusan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia di maskapai-maskapai nasional. "Mengapa Lion Air merekrut pilot asing karena gajinya lebih murah, bahkan ketika Susi Air membawa bahan makanan untuk korban Tsunami di Aceh, pilot-pilot asing itu rela tidak dibayar," ujarnya di sela-sela Seminar Nasional Pendidikan Penerbangan di Jakarta, Senin (19/10). Yuli mengatakan pilot-pilot asing yang baru lulus pendidikan mengejar jam terbang sebagai prasyarat untuk melamar ke maskapai-maskapai di negaranya. Pasalnya, lanjut dia, di luar negeri, pilot-pilot harus mengumpulkan jam terbang hingga 1.500 jam terbang untuk bisa melamar ke maskapai-maskapai, sementara pilot di Indonesia hanya perlu 200 jam terbang. "Jadi mereka rela dibayar murah atau tidak dibayar supaya jam terbangnya terkumpul dan kembali pulang ke negaranya, kalau tidak memenuhi enggak boleh karena itu regulasinya," katanya. Selain itu, Yuli mengatakan salah satu faktor pilot Indonesia kurang "dilirik" oleh maskapai karena kompetensinya yang dinilai kalah saing dengan pilot asing. Untuk itu, pihaknya akan menambah simulator, yakni ATR 72, Airbus-320 dan Boeing 737-400 NG untuk meningkatkan peringkat atau "type rating" kemampuan lulusan pendidikan pilot Indonesia. "Untuk menjawab industri penerbangan, selain kita mengeluarkan fresh graduate, kita tingkatkan juga type rating agar langsung bisa diterima," katanya. Berdasarkan data Badan Pengembangan SDM Kemenhub, untuk mengimbangi kebutuhan 770 penerbang setiap tahunnya, dibutuhkan penambahan pesawat latih baru. Kepala BPSDM Kemenhub Wahju Satrio Utomo menyebutkan Ditjen Perhubungan udara akan membeli 51 pesawat latih baru sampai 2017. Dia merinci 51 pesawat tersebut, terdiri dari satu helikopter multi-engine, lima pesawat multi-engine dan 45 pesawat single-engine dengan kebutuhan investasi pesawat single-engine seharga Rp 14 miliar per unit, multi-engine Rp 22 miliar per unit dan helikopter multi-engine Rp 198 miliar per unit. Pesawat-pesawat tersebut akan ditempatkan di STPI Curug, Banyuwangi, Berau hingga Merauke. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Maskapai lebih senang rekrut pilot asing
JAKARTA. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan mengaku bahwa maskapai lebih tertarik merekrut pilot asing dibandingkan dengan pilot lulusan sekolah penerbangan dalam negeri, karena gaji yang dibayarkan lebih rendah. Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Udara Kemenhub Yuli Sudoso mengatakan, hal itu pula yang menyebabkan rendahnya penyerapan lulusan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia di maskapai-maskapai nasional. "Mengapa Lion Air merekrut pilot asing karena gajinya lebih murah, bahkan ketika Susi Air membawa bahan makanan untuk korban Tsunami di Aceh, pilot-pilot asing itu rela tidak dibayar," ujarnya di sela-sela Seminar Nasional Pendidikan Penerbangan di Jakarta, Senin (19/10). Yuli mengatakan pilot-pilot asing yang baru lulus pendidikan mengejar jam terbang sebagai prasyarat untuk melamar ke maskapai-maskapai di negaranya. Pasalnya, lanjut dia, di luar negeri, pilot-pilot harus mengumpulkan jam terbang hingga 1.500 jam terbang untuk bisa melamar ke maskapai-maskapai, sementara pilot di Indonesia hanya perlu 200 jam terbang. "Jadi mereka rela dibayar murah atau tidak dibayar supaya jam terbangnya terkumpul dan kembali pulang ke negaranya, kalau tidak memenuhi enggak boleh karena itu regulasinya," katanya. Selain itu, Yuli mengatakan salah satu faktor pilot Indonesia kurang "dilirik" oleh maskapai karena kompetensinya yang dinilai kalah saing dengan pilot asing. Untuk itu, pihaknya akan menambah simulator, yakni ATR 72, Airbus-320 dan Boeing 737-400 NG untuk meningkatkan peringkat atau "type rating" kemampuan lulusan pendidikan pilot Indonesia. "Untuk menjawab industri penerbangan, selain kita mengeluarkan fresh graduate, kita tingkatkan juga type rating agar langsung bisa diterima," katanya. Berdasarkan data Badan Pengembangan SDM Kemenhub, untuk mengimbangi kebutuhan 770 penerbang setiap tahunnya, dibutuhkan penambahan pesawat latih baru. Kepala BPSDM Kemenhub Wahju Satrio Utomo menyebutkan Ditjen Perhubungan udara akan membeli 51 pesawat latih baru sampai 2017. Dia merinci 51 pesawat tersebut, terdiri dari satu helikopter multi-engine, lima pesawat multi-engine dan 45 pesawat single-engine dengan kebutuhan investasi pesawat single-engine seharga Rp 14 miliar per unit, multi-engine Rp 22 miliar per unit dan helikopter multi-engine Rp 198 miliar per unit. Pesawat-pesawat tersebut akan ditempatkan di STPI Curug, Banyuwangi, Berau hingga Merauke. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News