Maskapai megap megap akibat rupiah loyo



JAKARTA. Imbas rupiah yang masih saja tidak punya tenaga hingga kini membuat bisnis penerbangan megap-megap. Beberapa maskapai penerbangan terpaksa menutup rute penernbangan lantaran harus menyesuaikan harga.

Hingga Februai ini, sedikitnya ada tiga maskapai yang resmi mengumumkan penutupan rute. Berdasarkan catatan KONTAN, Indonesia Air Asia menutup rute Jakarta-Makassar sejak 1 Februari lalu. Merpati Airlines menghentikan seluruh rutenya mulai 1 Februari.

Adapun Tigerair Mandala menutup tujuh rute domestik dan dua rute internasionalnya mulai 5 Februari secara bertahap hingga Maret nanti. “Kami sedang mengevaluasi rute untuk perbaikan kualitas akibat kondisi pasar yang kurang bagus. Mata uang dollar AS dan harga avtur yang terus meningkat,” terang Lucas Suryanata, Public Relation Manager Tigerair Mandala beberapa waktu lalu.


Tak jauh berbeda, Audry Progastama, Public Relation Manager Indonesia Air Asia juga membeberkan alasan serupa. Menurutnya rute yang selama ini memiliki tingkat okupansi sekitar 70% ini terpaksa ditutup sementara karena perusahaan harus mengevaluasi terhadap nilai tukar rupiah yang semakin lunglai terhadap dollar AS.Audry berharap peraturan pemerintah mengenai pemberlakukan biaya tambahan (surcharge) pesawat bisa segera direaliasasikan Kementerian Perhubungan (Kemhub). Meski bukan penyesuaian tarif batas atas penerbangan, pihaknya dapat sedikit terbantu dengan adanya aturan tersebut.

Sedangkan Merpati Airlines melakukan penutupan karena ketidakmampuan untuk beroperasi akibat terlilit utang yang menggunung. Perusahaan plat merah ini mengaku tidak bisa kembali terbang karena sudah melewati ambang batas tolerir pemberian pinjaman pembelian avtur oleh Pertamina. Selain tak sanggup beroperasi sejak beberapa bulan ini, seluruh karyawan hingga direktur belum menerima pembayaran gaji.

Meski penghentian rute sudah dilakukan sejumlah maskapai tetapi Arif Wibowo, Ketua Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia atau Indonesia National Air Carriers Association (INACA) masih melihat ini sebagai kondisi yang wajar terjadi pada maskapai selama periode low season di Januari- April. Kata dia, pada periode ini biasanya beberapa maskapai memang memanfaatkannya untuk melakukan efisiensi rute. "Masing-masing melakukan konsolidasi menyesuaikan target pertumbuhan yang telah dipatok sebelumnya, karena penguatan dollar AS. Koreksi rencana bisnis itu biasa dan wajar,” jelasnya.

Ia menolak jika disebutkan kalau saat ini merupakan masa krisis bisnis penerbangan tanah air. Pelemahan rupiah sejak akhir tahun lalu memang cukup membebani sejumlah maskapai tetapi pada kenyataannya masih ada maskapai yang justru bisa membuka rute baru seperti Garuda dan Citinlik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon