Masril menggali banyak ide untuk tingkatkan kesejahteraan petani



Tanpa bekal pendidikan tinggi bukan menjadi halangan seseorang untuk membawa manfaat bagi orang lain. Seperti yang dilakukan Masril Koto. Putra asli Minang ini sukses memberdayakan dan mengangkat kaum petani yang berada di wilayah Sumatera Barat, melalui pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Prima Tani yang membantu modal petani.Terhitung mulai 2006, Masril Koto dan lima rekannya berhasil mempelopori berdirinya Lembaga keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Prima Tani di Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Menurut Masril, wacana dan diskusi tentang pembentukan lembaga yang diklaimnya sebagai bank tani ini telah ada sejak 2003 lalu.Lelaki yang hanya mengenyam pendidikan hingga kelas empat Sekolah Dasar (SD) ini mengaku, pembentukan LKMA Prima Tani lebih dilatarbelakangi keprihatinan akan nasib petani di daerahnya yang kesulitan modal. Bantuan kredit dari pemerintah sangat terbatas dan tak mampu menyentuh seluruh petani di Sumatera Barat.Selain itu, prosedur kredit perbankan yang berbelit-belit justru mempersulit petani. "Alhasil, beberapa petani di sini jatuh ke tangan rentenir," ungkap Masril. Melihat kondisi yang kurang menguntungkan ini, Masril bergegas mencari jalan keluar hingga tercetus ide pembentukan LKMA Prima Tani. Di lembaga yang mirip koperasi dengan pengelolaan nyaris serupa perbankan ini, para petani dapat mengakses dana permodalan dengan mudah dan kapan saja. Tak hanya itu, bunga kredit yang dijatuhkan kepada petani cuma sebesar 1% hingga 1,5% per bulan atau total 12% per tahun. "Jauh lebih murah dibandingkan bunga kredit bank yang bisa mencapai 20%," tutur Masril.Keistimewaan lainnya, lanjut Masril, pembayaran cicilan bisa dilakukan dengan sistem bagi hasil. Jelas, hal ini akan terasa lebih adil untuk petani dibandingkan dengan meminjam ke bank dengan beban bunga yang besar.Sistem pinjaman pun dibuat sederhana. Pria kelahiran 13 Mei 1974 ini memberikan kemudahan pinjaman kredit modal usaha tani. Yakni, petani tidak perlu menjaminkan apa pun termasuk sertifikat tanah dan rumah selayaknya meminjam dana di perbankan.Masril menjelaskan, jaminan riil mereka hanya lahan usaha serta ada pihak penjamin. Dalam hal ini, pihak penjamin yaitu ketua kelompok tani dam ketua suku di wilayah tersebut. Kemudian, persetujuan keluarga yakni kesepakatan antara suami isteri mengenai dana pinjaman tersebut.Awalnya, Masril juga merasa kesulitan menumbuhkan kepercayaan petani untuk bergabung menjadi anggota LKMA Prima Tani. Namun, sebagai konsultan petani, ia tak kehabisan akal.

Lantas, Masril mensosialisasikan lembaga ini dari mulut ke mulut. "Bahkan, seringkali kami memanfaatkan acara Majelis Taklim dan Posyandu," paparnya.Setelah berjalan setahun, barulah para petani berbondong-bondong turut serta dalam keanggotaan lembaga tersebut. Ia pun kemudian menghimpun dana dari petani dengan cara menerbitkan saham LKMA Prima Tani. Seperti perbankan dalam skala besar, ia ingin para petani juga turut menjadi pemegang saham, agar tercipta rasa memiliki terhadap lembaga ini. "Setiap petani dibatasi kepemilikannya sebanyak lima lembar saham," ujar Masril.Harga saham dipatok bervariasi. Awalnya hanya Rp 100.000 per saham. Namun kini, seiring berkembangnya jumlah perwakilan LKMA Prima Tani di seluruh kabupaten dan kota di Sumatera Barat, harga saham pun ia serahkan sepenuhnya kepada kepala pengelola lembaga di tiap kabupaten dan kota. "Karena dana yang dihimpun dari penjulan saham akan diputar untuk kepentingan petani daerah setempat," katanya.Regulasi yang diterapkan Masril bermanfaat cukup efektif bagi para petani. Tak heran, jika kini LKMA Prima Tani telah memberikan azas manfaat kepada sekitar 55.000 petani yang tersebar di pelosok Sumatera Barat. Lembaga ini pun telah mempekerjakan sekitar 1.500 orang, dan menghimpun aset sebesar Rp 90 miliar.Masril tak jumawa dengan semua pencapaian tersebut. Ia terus mencoba meningkatkan kualitas lembaga keuangan itu, yang dalam hitungannya tumbuh sekitar 10% per tahunnya dari sisi jumlah keanggotaan.Ia pun tak mematok target yang kelewat tinggi. Pria yang bercita-cita menjadi sarjana hukum sewaktu kecil ini berharap, kaderisasi yang dilakukannya sekitar setahun lalu dapat menciptakan banyak petani ahli yang kiprahnya dapat bermanfaat bagi para petani secara keseluruhan.Masril yang pernah menjadi konsultan perusahaan pertanian Belanda dan Jepang menilai, selain modal, pengetahuan adalah hal yang cukup penting bagi kemaslahatan petani. Untuk itu, belum lama ini, ia pun mencanangkan Gerakan Sejuta Buku untuk Petani.Program yang dibuat secara swadaya ini bertujuan untuk menggelitik kepedulian sosial terhadap kaum petani, khususnya di bidang pendidikan. Jadi, "Nantinya di tiap lembaga keuangan kami ini akan dibuat perpustakaan," ucapnya.Namun, Masril mengharapkan, dalam dua tahun ke depan, gerakan itu akan menjadi program nasional dan dapat menghimpun satu juta buku. Ia pun menargetkan nantinya 70% buku tersebut akan berisi tentang pertanian dan 30% sisanya adalah buku umum.Buku-buku umum ini juga diharapkan mendatangkan manfaat bagi petani. "Salah satunya, buku motivasi yang dapat menumbuhkan keyakinan dan memotivasi para petani dalam bekerja," jelasnya.Ide itu tercetus setelah melihat fenomena bahwa petani juga butuh pengetahuan dan informasi lewat buku. Pria yang kesehariannya bertani dan beternak ini bilang, pada dasarnya, petani banyak yang gemar membaca. Namun, faktor lingkungan yang menyebabkan mereka sulit mengakses buku.Masril pun tak main-main dalam usahanya ini. Ia aktif menggandeng beberapa kalangan untuk mengkampanyekan program tersebut, baik melalui website maupun jejaring sosial.

Tak lupa, Masril juga mendaulat seorang selebritis, Atiqah Hasiholan sebagai duta dalam Gerakan Sejuta Buku untuk Petani.Ia menyatakan siap menggandeng beberapa pihak, seperti perguruan tinggi, budayawan, dan ahli pertanian, yang dapat menuangkan ilmu dan pengetahuannya kepada petani. Khususnya, tentang budidaya dan teknologi penanaman yang akurat. "Saya melihat responnya yang besar. Saya optimistis program ini berhasil," tandasnya mantap.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi