KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir-akhir ini Master Card melalukan survei bertajuk Mastercard Mobile Shopping Survey. Survei ini dilaksanakan di 14 negara di kawasan Asia Pasifik yakni Australia, China, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Thailand & Vietnam. Sebanyak 8.738 konsumen mengikuti survei secara online pada bulan November 2016 dengan pertanyaan seputar lanskap mobile shopping, kategori pembelian m-commerce, serta alasan memilih berbelanja secara online dibandingkan berbelanja di dalam toko (in-store), dan sebagainya. Berdasarkan keterangan tertulis yang Kontan.co.id terima pada Rabu (18/10) terdapat beberapa temuan utama dari Mastercard Mobile Shopping Survey yakni: 1. Selama lima tahun terakhir, para pembelanja di India mencatat kenaikan terbesar dalam mobile shopping sebesar 45,5% di seluruh kawasan Asia Pasifik, diikuti oleh Filipina dengan pertumbuhan sebesar 32% dan Malaysia dengan 30,2%. 2. Lebih dari setengah responden di Indonesia yakni 58,5% telah melakukan pembelian menggunakan smartphone mereka, dengan fleksibiltas dan kenyamanan 49,9%, serta kemudahan belanja online dengan kehadiran beragam aplikasi 43,5% merupakan alasan utama mereka dalam melakukan mobile shopping. 3. Sementara itu, pembelanja di India 45,5% dan China 38,2% memimpin kawasan tersebut sebagai pengguna dompet digital paling tinggi. Malaysia mencatat pertumbuhan terbesar dalam penggunaan metode pembayaran tersebut dengan 14,8%, meningkat dari 11% di tahun sebelumnya. 4. Mayoritas konsumen di seluruh wilayah Asia Pasifik 53,6% mengatakan kenyamanan sebagai alasan utama bagi mereka untuk berbelanja melalui smartphone mereka, terutama di China 70,9%, Thailand 60,8% dan Taiwan 59,2%. Namun tidak seperti kebanyakan konsumen di negara-negara lainnya di kawasan tersebut yang mengatakan bahwa kenyamanan menjadi faktor utama, mayoritas konsumen di Malaysia menyatakan bahwa kemampuan untuk berbelanja saat bepergian (shop on the go) menjadi alasan utama mereka dalam melakukan mobile shopping. 5. Pakaian dan aksesoris fesyen 34,9%, produk perawatan pribadi dan kecantikan 21% serta tiket bioskop 20,2% merupakan pembelian teratas yang dilakukan oleh para pembelanja mobile di Asia Pasifik. Namun, hasil survei ini tidak berlaku bagi para pembelanja mobile di Jepang, Selandia Baru dan Taiwan yang lebih sering dan utamanya melakukan pembelian buku, CD dan DVD; mainan dan hadiah; dan produk perawatan pribadi dan kecantikan, secara berurutan. Konsumen di China (27,8%) dan Korea (26,8%) memimpin wilayah tersebut sebagai konsumen yang berbelanja untuk barang yang mereka perlukan dari supermarket melalui smartphone mereka. 6. Preferensi belanja di dalam toko terus mengalami penurunan di seluruh negara di Asia Pasifik, yakni turun menjadi 45,9% dari 48,6% pada dua tahun lalu. Konsumen di India mencatat penurunan paling tajam yakni 10,3% dari 54,7% pada tahun 2015. Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh adanya kemajuan signifikan pada industri e-commerce serta infrastruktur pendukungnya di negara-negara berkembang.
Mastercard: 58% konsumen Indonesia belanja online
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir-akhir ini Master Card melalukan survei bertajuk Mastercard Mobile Shopping Survey. Survei ini dilaksanakan di 14 negara di kawasan Asia Pasifik yakni Australia, China, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Thailand & Vietnam. Sebanyak 8.738 konsumen mengikuti survei secara online pada bulan November 2016 dengan pertanyaan seputar lanskap mobile shopping, kategori pembelian m-commerce, serta alasan memilih berbelanja secara online dibandingkan berbelanja di dalam toko (in-store), dan sebagainya. Berdasarkan keterangan tertulis yang Kontan.co.id terima pada Rabu (18/10) terdapat beberapa temuan utama dari Mastercard Mobile Shopping Survey yakni: 1. Selama lima tahun terakhir, para pembelanja di India mencatat kenaikan terbesar dalam mobile shopping sebesar 45,5% di seluruh kawasan Asia Pasifik, diikuti oleh Filipina dengan pertumbuhan sebesar 32% dan Malaysia dengan 30,2%. 2. Lebih dari setengah responden di Indonesia yakni 58,5% telah melakukan pembelian menggunakan smartphone mereka, dengan fleksibiltas dan kenyamanan 49,9%, serta kemudahan belanja online dengan kehadiran beragam aplikasi 43,5% merupakan alasan utama mereka dalam melakukan mobile shopping. 3. Sementara itu, pembelanja di India 45,5% dan China 38,2% memimpin kawasan tersebut sebagai pengguna dompet digital paling tinggi. Malaysia mencatat pertumbuhan terbesar dalam penggunaan metode pembayaran tersebut dengan 14,8%, meningkat dari 11% di tahun sebelumnya. 4. Mayoritas konsumen di seluruh wilayah Asia Pasifik 53,6% mengatakan kenyamanan sebagai alasan utama bagi mereka untuk berbelanja melalui smartphone mereka, terutama di China 70,9%, Thailand 60,8% dan Taiwan 59,2%. Namun tidak seperti kebanyakan konsumen di negara-negara lainnya di kawasan tersebut yang mengatakan bahwa kenyamanan menjadi faktor utama, mayoritas konsumen di Malaysia menyatakan bahwa kemampuan untuk berbelanja saat bepergian (shop on the go) menjadi alasan utama mereka dalam melakukan mobile shopping. 5. Pakaian dan aksesoris fesyen 34,9%, produk perawatan pribadi dan kecantikan 21% serta tiket bioskop 20,2% merupakan pembelian teratas yang dilakukan oleh para pembelanja mobile di Asia Pasifik. Namun, hasil survei ini tidak berlaku bagi para pembelanja mobile di Jepang, Selandia Baru dan Taiwan yang lebih sering dan utamanya melakukan pembelian buku, CD dan DVD; mainan dan hadiah; dan produk perawatan pribadi dan kecantikan, secara berurutan. Konsumen di China (27,8%) dan Korea (26,8%) memimpin wilayah tersebut sebagai konsumen yang berbelanja untuk barang yang mereka perlukan dari supermarket melalui smartphone mereka. 6. Preferensi belanja di dalam toko terus mengalami penurunan di seluruh negara di Asia Pasifik, yakni turun menjadi 45,9% dari 48,6% pada dua tahun lalu. Konsumen di India mencatat penurunan paling tajam yakni 10,3% dari 54,7% pada tahun 2015. Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh adanya kemajuan signifikan pada industri e-commerce serta infrastruktur pendukungnya di negara-negara berkembang.