Masuk dalam daftar hitam AS, pendapatan Huawei tetap melaju



KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Meski produknya telah masuk dalam daftar hitam Amerika Serikat (AS), perusahaan telekomunikasi China Huawei Technologies, berhasil membukukan kenaikan pendapatan pada semester pertama tahun ini. 

Huawei yang baru mengungkapkan hasil kinerja kuartalannya tahun ini menjelaskan, pendapatan pada semester pertama 2019 naik menjadi 401,3 miliar yuan atau setara US$ 58,28 miliar. Sementara itu, pada periode yang sama tahun lalu, pendapatan Huawei mencapai 325,7 miliar yuan. Sedangkan pengiriman ponsel mencapai 118 juta unit atau naik 24%. 

Baca Juga: Gelar pertemuan di Shanghai, negosiasi perang dagang AS-China minim sorotan


Seperti diketahui, rantai pasokan Huawei memang terganggu sejak AS menuduh perusahaan tersebut sebagai risiko keamanan nasional, lantaran peralatannya digunakan Beijing untuk memata-matai AS. Meski berulangkali menyangkal tuduhan itu, Huawei tetap masuk dalam daftar hitam AS. 

Setelah itu, ada penanguhan sanksi selama tiga bulan hingga 19 Agustus. Presiden AS Donald Trump pun memberi sinyal untuk melonggarkan sanksi terhadap Huawei, meski tak merincinya. 

Pertumbuhan Huawei yang sebesar 23% di semester pertama ini, jauh lebih tinggi ketimbang pertumbuhan di periode yang sama tahun lalu, sebesar 15%. "Pendapatan tumbuh dengan cepat hingga Mei," ujar ujar Chairman Huawei, Liang Hua, seperti dilansir Reuters, Selasa (30/7). 

Baca Juga: Riset Canalys: Penjualan smartphone Huawei di China melonjak pada kuartal II-2019

Ia mengatakan, sanksi AS memang membuat Huawei kesulitan memasarkan produknya. Namun, dengan pertumbuhan yang diraih di paruh pertama tahun ini, Liang Hua yakin bisa tetap mencapai pertumbuhan penjualan. 

Sebelumnya, Pendiri dan CEO Huawei Ren Zhengfei mengatakan, pemblokiran produk Huawei oleh AS berdampak lebih buruk dari perkiraan. Pendapatan Huawei bisa tergerus hingga US$ 30 miliar, dan pada tahun 2020, pendapatannya bisa sama dengan pendapatan tahun 2018 di angka US$ 100 miliar. 

Para analis mengatakan, penjualan ponsel pintar domestik yang kuat dan kontrak 5G, berhasil mendorong pendapatan Huawei meski ada sanksi dari AS. Penjualan domestik mampu mengimbangi dampak dari ancaman AS yang ingin memotong akses Huawei ke komponen dan perangkat lunak AS, seperti aplikasi Google Android. 

Menurut data dari Canalys, Huawei memperluas keunggulannya di pasar smartphone China pada kuartal kedua. Sementara penjualan ponsel luar negeri mulai menurun secara year on year. 

Editor: Narita Indrastiti