Masuk gelombang keempat pandemi, Tokyo dan Osaka minta deklarasi keadaan darurat



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pemerintah Jepang sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan keadaan darurat pada wilayah Tokyo dan Osaka. Berdasarkan laporan NHK yang dikutip Reuters, hal ini dilakukan karena jumlah kasus baru Covid-19 melonjak. 

Pemberlakuan keadaan darurat akan memungkinkan otoritas di kedua prefektur tersebut untuk memberlakukan pembatasan guna menghentikan penyebaran infeksi Covid-19.

Dengan ribuan kasus baru yang disebabkan oleh jenis virus yang sangat menular, pemerintah Negeri Matahari Terbit itu diperkirakan akan mengumumkan keadaan darurat di minggu ini untuk ibu kota dan prefektur Osaka, serta prefektur Hyogo dan Kyoto yang berdekatan. 


Jika diterapkan di keempat wilayah, tindakan darurat akan mencakup hampir seperempat dari populasi Jepang yang berjumlah 126 juta.

Jepang sejauh ini telah menghindari jenis penyebaran eksplosif dari pandemi yang telah melanda banyak negara Barat, dengan total kasus sejauh ini sekitar 540.000 dan korban tewas sebanyak 9.707. 

Tetapi peningkatan infeksi terbaru telah memicu kekhawatiran. Terlebih hal ini terjadi hanya tiga bulan sebelum dimulainya Olimpiade Tokyo yang direncanakan dan di tengah peluncuran vaksinasi yang lambat.

Pada hari Rabu, Tokyo melaporkan 843 infeksi baru, terbesar sejak 29 Januari ketika keadaan darurat sebelumnya diberlakukan. Jumlah kasus di Osaka telah melampaui kasus di Tokyo dalam beberapa hari terakhir, mencapai rekor 1.351 pada 13 April.

Gubernur Tokyo Yuriko Koike sedang mempersiapkan untuk meminta periode darurat diumumkan dari 29 April hingga 9 Mei, yang mencakup periode liburan tahunan Jepang atawa 'Golden Week'. 

Osaka, yang menjadi episentrum gelombang keempat pandemi, meminta keadaan darurat baru pada Selasa, berusaha membatalkan atau menunda semua acara besar untuk membatasi pergerakan orang.

Baca Juga: Gubernur Osaka minta pemerintah Jepang mengumumkan keadaan darurat

Prefektur Hyogo, yang menjadi rumah bagi kota Kobe, melaporkan rekor 563 kasus baru Covid-19 baru hari ini dan membuat status permintaan darurat-nya sendiri secara resmi. Tindakan kuasi darurat sudah diberlakukan di 10 dari 47 prefektur Jepang, termasuk wilayah Tokyo dan Osaka.

Pemerintah prefektur Kyoto di Jepang barat juga bersiap untuk meminta deklarasi darurat, lapor kantor berita Jiji.

Deklarasi baru akan menandai keadaan darurat penuh ketiga di Jepang sejak epidemi dimulai. Total kerugian ekonomi dari keadaan darurat baru di tiga wilayah akan menjadi mencapai 1,156 triliun yen setara US$ 10,71 miliar, kata Institut Riset Nomura dalam sebuah laporan.

Kekhawatiran tentang langkah-langkah penguncian yang diperluas - dan lambatnya vaksinasi - menyebar ke investor, dengan saham Jepang diperdagangkan melemah tajam dan indeks acuan Nikkei ambles 2%.

Pada hari Rabu, juru bicara utama pemerintah Jepang, Katsunobu Kato, mengulangi sikap pemerintah bahwa mereka akan mempertimbangkan setiap permintaan untuk deklarasi keadaan darurat "dengan cepat", tanpa merinci kerangka waktu.

Sementara itu, Pfizer Inc akan menandatangani kontrak bulan ini untuk memasok tambahan 50 juta dosis vaksin ke Jepang pada bulan September mendatang. 

Perdana Menteri Yoshihide Suga sedang dalam pembicaraan dengan CEO Pfizer Sabtu lalu untuk mendapatkan lebih banyak dosis vaksin selama kunjungan ke Amerika Serikat.

Seiring dengan kontrak yang ada dengan Pfizer dan Moderna Inc, yang vaksin Covid-19-nya sedang ditinjau oleh regulator domestik, itu akan cukup untuk semua populasi orang dewasa Jepang.

Juru bicara pemerintah Kato menolak berkomentar tentang jumlah dosis tambahan Pfizer. Perusahaan tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Selanjutnya: Paspor Jepang masih jadi yang paling sakti di 2021, bagaimana dengan Indonesia?

Editor: Anna Suci Perwitasari