Masuk indeks global, dana asing bisa membeludak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia berpotensi masuk Indeks Agregat Global Bloomberg, atau juga dikenal sebagai Global Bond Index. Jika masuk, obligasi pemerintah berpotensi mengisi 0,23% porsi indeks dunia tersebut.

Danny Suwanapruti, Research Analyst di Goldman Sachs Group Inc menyebut, dana segar antara US$ 4 miliar hingga US$ 5 miliar bisa masuk pasar obligasi Indonesia jika obligasi Indonesia masuk ke indeks global. "Pengumuman akan dilakukan Januari setelah review pada Oktober dan November ini," kata Suwanapruti seperti dikutip Bloomberg.

Dia menambahkan, Indonesia menjadi opsi yang lebih menarik ketimbang China lantaran akses ke pasar negeri Tirai Bambu tersebut buruk. "China mungkin sulit masuk indeks karena permasalahan settlement dan pencatatan, serta kekhawatiran likuiditas obligasi negara," kata dia.


Jika masuk dalam indeks global, Indonesia akan menjadi anggota indeks dengan imbal hasil terbesar keempat dalam indeks yang berisi obligasi dalam 25 mata uang ini. Indonesia menawarkan imbal hasil 6,69% untuk surat utang negara bertenor 10 tahun. Angka ini lebih rendah ketimbang Pakistan di 8% dan India 6,88%.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar mengatakan, sentimen seperti inilah yang dibutuhkan asing untuk kembali memarkirkan uangnya di Indonesia. Ia meyakini porsi 0,23% dalam indeks global ini mengacu pada obligasi pemerintah saja. "Asing bisa masuk lagi selama rupiah stabil," jelas Anil kepada KONTAN, Kamis (2/11). Dalam sebulan sejak akhir September hingga 2 November, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, asing pada Surat Berharga Negara (SBN) telah keluar sebanyak Rp 17,65 triliun. Sejak awal tahun, asing masih mencatatkan kenaikan Rp 135,91 triliun atau naik 20,41% dari posisi Rp 665,81 triliun pada SBN yang dapat diperdagangkan. "Kalau Indonesia bisa masuk indeks itu, maka kita bisa mendapatkan hingga Rp 180 triliun," imbuh Anil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati