KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Memasuki kuartal III 2019, produsen furnitur dan komponen bangunan, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD, anggota indeks
Kompas100 ini) telah menyerap belanja modal atau
capital expenditure (capex) sebesar Rp 100 miliar. Jumlah ini setara dengan 50% dari capex sebesar Rp 200 miliar yang telah dianggarkan oleh perseroan tahun ini.
Corporate Secretary & Head of Investor Relation PT Integra Indocabinet Tbk, Wendy Chandra mengatakan bahwa serapan capex digunakan untuk menambah kapasitas produksi sekaligus diversifikasi produk baru, yakni tirai kayu atau
wooden blind dan
millwork. Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) dapat untung dari perang dagang AS-China Melalui penambahan kapasitas produksi dan diversifikasi produk tersebut, perseroan kini memiliki lini produk tirai kayu atau wooden blind dengan kapasitas produksi sebesar 13.200 meter kubik (m3) pertahun serta lini produk millwork dengan kapasitas produksi 132.000 m3 per tahun. Sebelumnya, perusahaan yang memiliki kode saham ‘WOOD’ ini telah mempunyai kapasitas produksi sebesar 41.650 meter kubik (m3) per tahun untuk produk furnitur dan 129.836 m3 untuk produk komponen bangunan. Dengan demikian, kehadiran kedua lini produk baru menambah kapasitas produksi perseroan menjadi 275.036 m3 per tahun untuk produk komponen bangunan. Wendy menjelaskan bahwa penambahan kapasitas produksi dan diversifikasi produk menambah kontribusi penjualan. Berdasarkan catatan KONTAN sebelumnya, WOOD menargetkan pendapatan sebesar Rp 3 triliun. Menurut pengakuan Wendy, realisasi penjualan WOOD masih sejalan dengan target yang telah ditetapkan sehingga perseroan belum memiliki rencana untuk merevisi target. Namun demikian, sayangnya Ia masih belum mau membeberkan berapa realisasi dari penjualan tersebu hingga kuartal III 2019.
Baca Juga: Ekspansi, Integra Indocabinet (WOOD) maksimalkan dana IPO Sebelumnya, perseroan mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 977,54 miliar di semester I 2019. Artinya, realisasi penjualan di semester I baru mencapai sekitar 32,6% dari target penjualan yang ditetapkan. Meski begitu, Wendy optimis bahwa penjualan produk-produk kayu memiliki prospek yang baik hingga akhir tahun, utamanya di segmen ekspor. Menurut Wendy, penjualan kayu bersifat musiman dan cenderung memuncak di momen-momen seperti Black Friday, Natal dan Tahun Baru pada segmen ekspor Selain itu, penerapan antidumping duty sebesar 28,71%-251,64% serta antisubsidy duty sebesar 39,25%-262,18% oleh Amerika Serikat atas produk-produk lemari kayu dan meja rias yang berasal dari Tiongkok.
Dengan adanya sejumlah faktor di atas, pasar ekspor perseroan diyakini akan bertumbuh di atas 2,3%. Maklum saja, Amerika Serikat memang merupakan negara yang menjadi salah satu tujuan ekspor perseroan.
Baca Juga: Menakar peluang saham-saham sektor manufaktur Sementara itu, penjualan ekspor memiliki porsi yang cukup besar dalam penjualan bersih perseroan. Pada semester I 2019 misalnya, penjualan ekspor memiliki kontribusi sekitar 70,66% dalam penjualan bersih perseroan atau setara dengan Rp 690,71 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini