Masuk masa transisi, produksi emas Freeport tinggal separuh



KONTAN.CO.ID -PAPUA. PT Freeport Indonesia (PTFI) mencatatkan penurunan kinerja produksi dan penjualan komoditas mineralnya. Sepanjang Semester I 2019, produksi maupun penjualan tembaga dan emas PTFI turun lebih dari separuh dibanding periode yang sama pada tahun lalu.

Dalam laporan Semester I 2019 Freeport-McMoran (FCX), produksi tembaga PTFI tercatat sebesar 270 juta pounds atau turun 58,96% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 658 juta pounds.

Baca Juga: Inalum haus akuisisi, Dirut Inalum: Harga 20% saham INCO di bawah US$ 1,5 miliar


Seiring dengan penurunan jumlah produksi, penjualan tembaga PTFI pun menurun 48,81%. Hingga Juni 2019, penjualan tembaga PTFI sebesar 325 juta pounds, sedangkan pada Juni 2018 PTFI berhasil menjual 635 juta punds tembaga.

Tak hanya tembaga, produksi emas PTFI juga menukik hingga 76,32%. Hingga akhir Juni, PTFI memproduksi emas sebanyak 316.000 ounces, sedangkan pada periode yang sama pada tahun lalu produksi emas PTFI mencapai 1,33 juta ounces.

Penurunan produksi emas ini berdampak pada kinerja penjualan. Hingga akhir Juni 2019, volume penjualan emas PTFI sebesar 420.000 ounces atau turun 67% secara tahunan yang sebesar 1,27 juta ounces.

Kendati demikian, FCX mengklaim bahwa transisi operasional pertambangan bawah tanah mencatatkan kinerja yang positif. "Kami melaporkan bahwa ramp-up bawah tanah di Grasberg maju sesuai rencana karena kami menargetkan peningkatan volume dan arus kas dari Grasberg distrik mineral," kata Chief Executive Officer Richard C. Adkerson dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/7).

Baca Juga: Inalum bantah kabar pelepasan saham ke perusahaan asal China

Selama kuartal II 2019, kegiatan ekstraksi bijih di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave rata-rata mencapai 7.400 metrik ton bijih per hari. FCX menargetkan, proses tersebut ditargetkan bisa meningkat hingga 15.000 metrik ton bijih per hari pada akhir 2019.

Sedangkan tambang bawah tanah Deep Mill Level Zone (DMLZ) yang terletak di sebelah timur blok Grasberg telah memulai produksi. Ekstraksi bijih dari tambang bawah tanah DMLZ rata-rata mencapai 7.700 metrik ton bjih per hari pada kuartal II 2019.

Diperkirakan, ekstraksi bijih dari tambang bawah tanah DMLZ kan meningkat hingga 11.000 metrik ton bijih per hari pada akhir tahun 2019. "Seiring transisi dari tambang terbuka ke bawah tanah, produksi logam diharapkan meningkat pada 2021," imbuh Adkerson.

Dalam laporan tersebut disebutkan, rata-rata pengeluaran modal tahunan PTFI untuk proyek pengembangan tambang bawah tanah diperkirakan mencapai US$ 0,7 miliar per tahun untuk periode empat tahun dari 2019 hingga 2022.

Adapun, selama paruh pertama tahun 2019, PTFI menggunakan kuota ekspor yang disetujui sekitar 180.000 metrik ton konsentrat untuk periode ekspor saat ini yang berakhir pada 8 Maret 2020.

Dengan volume produksi yang diperkirakan lebih tinggi, PTFI juga sudah meminta persetujuan dari pemerintah untuk meningkatkan kuota ekspornya pada periode saat ini. PTFI berharap sudah bisa menerima persetujuan tambahan kuota ekspor pada Kuartal III 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini