Masuk musim semi, harga gas alam merosot



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gas alam terkoreksi cukup dalam pada Senn (11/3). Namun koreksi tersebut dinilai wajar karena adanya pergantian musim dan ekonomi global yang cenderung melambat.

Mengutip data Bloomberg hingga pukul 17:00 WIB, Senin (11/3), harga gas alam di bursa New York Mercantile Exchange (NYMEX) turun 1,92% ke level US$ 2,81 per mmbtu. Akhir pekan lalu, harga gas alam tercatat US$ 2,87 per mmbtu.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, permintaan gas alam yang menurun di bulan Maret atau saat memasuki musim semi, merupakan pola siklikal. Hal sebaliknya terjadi saat musim dingin mulai masuk atau sedang berlangsung.


"Kebutuhan gas alam cenderung berkurang saat mulai meninggalkan musim semi. Namun penurunannya masih wajar. Meninggalkan musim dingin, penurunan biasanya terjadi di rentang US$ 2,70 per mmbtu - US$2,80 per mmbtu," ujarnya pada Kontan.co.id, Senin (11/3).

Selain itu, pelemahan ekonomi global juga mempengaruhi permintaan dan harga gas alam ini. "Beredar wacana jika salah satu kesepakatan yang ada dalam perundingan perang dagang antara AS dan China adalah peningkatan impor gas alam dari AS tiga kali lipat lebih banyak dari biasanya. Sebelumnya, China banyak mengimpor dari Rusia," tambahnya.

Namun hingga hari ini kesepakatan pasti dan resmi dari dua negara adidaya tersebut belum tercapai. Sehingga pelaku pasar kembali melakukan aksi profit taking dari pasar gas alam.

Penurunan harga gas alam, juga berimbas pada substitusinya yakni batubara. Mengutip Bloomberg, pukul 17:20 WIB, harga batubara di bursa ICE NewCastle kontrak Maret 2019, juga merosot 2,05% ke level US$ 95,55 per metrik ton.

Data ekonomi AS yang dirilis juga dianggap sehat walau tidak terlalu bagus. Ekonomi AS hanya menciptakan 20.000 pekerjaan non farm payroll pada Februari 2019, terlemah sejak September 2017. Akibatnya, imbal hasil obligasi turun, dengan imbal hasil US Treasury 10 tahun mencapai level terendah dalam dua bulan yakni 2,60%.

Meski pertumbuhan pekerjaan di AS melemah, pendapatan per jam rata-rata naik 11 sen atau 0,4%, mendongkrak kenaikan pendapatan tahunan menjadi 3,4% yang merupakan kenaikan terbesar sejak April 2009.

Pelaku pasar berpikir perekonomian AS mulai membaik kembali dan Bank Sentral AS (The Federal Reserve) diproyeksikan kembali menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.

Di sisi lain, perekonomian Eropa dan kawasan Asia masih loyo sehingga proyeksi pertumbuhan ekonominya dipangkas. Seperti diketahui, Bank Sentral Eropa, Bank of Japan (BoJ), dan Bank of England (BE) memangkas pertumbuhan ekonomi di wilayahnya.

China pun juga menurunkan angka pertumbuhan perekonomian ke level 6% dari 6,5%. Ini pula yang menurunkan permintaan gas alam.

Secara teknikal, harga gas alam masih fluktuatif dan masih akan terus melemah. MA 20% berada di atas bollinger bawah. Lalu stochastic berada di area positif. Sementara MACD dan RSI berada dj area negatif. Ibrahim merekomendasikan Wait and See.

Untuk besok, Ibrahim meramal harga gas alam bertengger di kisaran US$ 2,79 per mmbtu - US$ 2,87 per mmbtu. Sementara dalam sepekan ke depan, harga gas alam sekitar US$ 2,75 per mmbtu - 2,89 per mmbtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat