Masuk pekan ke empat, reksadana saham mampu bertahan dari September effect



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. September effect merupakan periode yang dianggap sebagai bulan yang tidak terlalu baik untuk bursa saham. 

Infovesta Utama dalam riset mingguannya pada Senin (20/9) menjelaskan, terdapat beberapa hal yang menyebabkan bulan September terjadi koreksi yaitu berkurangnya agenda-agenda penting emiten sehingga mengurangi sentimen positif yang ada di pasar saham contohnya seperti pembagian dividen. 

Di Indonesia, secara historis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bulan September selama 10 tahun terakhir mencatatkan kinerja yang cenderung negatif. Tercermin dari kinerja negatif sebanyak 6 kali dari 10 tahun dengan rata-rata imbal hasil bulan September sebesar -1,61%.


Pada tahun ini, memasuki pekan ke empat di bulan September 2021, IHSG secara month to date (mtd) mencatatkan kinerja negatif sebesar -0,28%. Hal ini berbanding terbalik dengan kinerja reksadana saham konvensional maupun sharia yang justru tercatat positif masing-masing sebesar 0,39% (Infovesta Equity Fund Index) dan 1,01% (Infovesta Sharia Equity Fund Index). 

Baca Juga: IHSG menguat 0,63% pekan lalu, reksadana saham catatkan kinerja paling apik

Tidak hanya mencatatkan kinerja positif, namun jenis reksadana tersebut juga mencatatkan kinerja tertinggi di antara kinerja reksadana jenis lainnya pada bulan September. 

Infovesta Utama menyebut penurunan IHSG disebabkan oleh koreksi pada sektor teknologi yang tercermin melalui IDX Sektor Teknologi yang turun sebesar -7.966% selama bulan September. Namun sektor transportasi dan logistik justru mengalami kenaikan tertinggi sebesar 9,07% dan disusul oleh sektor energi yang naik sebesar 4.74%

“Dengan demikian, produk reksadana yang memiliki penempatan kecil pada sektor teknologi berhasil mengurangi tekanan di bulan ini. Selain itu, saat ini investor juga masih menantikan perkembangan pandemi serta isu tapering off The Fed sehingga bulan September tahun 2021 merupakan bulan yang cukup stagnan bagi perkembangan bursa saham di Indonesia,” kata Infovesta Utama dalam risetnya.

Infovesta Utama menjelaskan, bagi investor yang mempertimbangkan berinvestasi ke dalam reksadana saham perlu melakukan seleksi produk reksadana secara menyeluruh terutama pada komposisi alokasi portfolio yang dimiliki oleh produk terkait. 

Investor disebut dapat memilih reksadana dengan komposisi sektor yang masih memiliki prospek baik seperti logistik, kesehatan, perbankan big caps seiring dengan pemulihan ekonomi. 

“Selain itu, investor asing justru melakukan aksi net buy mencapai Rp 2,9 triliun di tengah pelemahan bursa saham Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa investor asing memiliki tingkat kepercayaan yang cukup tinggi terhadap prospek pasar saham Indonesia,” tutup Infovesta Utama.

Selanjutnya: Hasil investasi industri asuransi jiwa masih tumbuh positif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi