Masuk ritel, PBRX ingin pasarkan merek sendiri



JAKARTA. Bertahan selama tiga dekade memproduksi pakaian jadi untuk sejumlah merek internasional, emiten garmen PT Pan Brothers Tbk siap melebarkan sayap dengan menjajaki bisnis ritel.

Sekretaris Perusahaan Pan Brothers, Iswandeni, mengatakan alasan perseroan berekspansi ke bisnis ritel karena telah menguasai segala sisi produk garmen. "Dan bisnis ritel ini juga sangat prospektif jika masuk ke speciality," kata dia kepada KONTAN, Jumat (20/7).

Emiten dengan kode saham PBRX itu, telah melayani produksi pakaian jadi untuk 25 merek pakaian ternama di dunia, seperti Calvin Klein, Jack Nicklaus, Marks & Spencer, dan Quick Silver.


Pan Brothers memiliki tiga anak usaha, salah satunya PT Pancaprima Ekabrothers yang memasok heavy garment seperti jaket dan mantel untuk Nike, Adidas, dan Hugo Boss.

Adapula PT Hollit International yang baru diakuisisi tahun lalu. Hollit bergerak di bidang pengembangan produk sesuai perkembangan mode, sekaligus menyiapkan bahan baku yang cocok dengan produk itu. Beberapa klien Hollit adalah Calvin Klein Jeans, Armani Jeans, Tommy Hilfiger, dan Guess Inc. Anak usaha lainnya adalah PT Ocean Asia Industry yang memproduksi aneka jenis kain rajut.

Pan Brothers sedang mempertimbangkan beberapa opsi untuk ekspansi ke bisnis ritel, salah satunya dengan membangun in-house brand atau menjual dengan merek sendiri. Ekspansi ini diharapkan sudah bisa mulai direalisasikan tahun depan. Sebagai lini usaha baru, Pan Brothers belum menargetkan muluk-muluk. "Mungkin di tahun kedua dan seterusnya baru memiliki gambaran yang jelas," tutur Iswandeni.

Manajemen menjelaskan bisnis garment manufacture masih akan mendominasi kinerja Pan Brothers dalam beberapa tahun mendatang. Iswandeni enggan menyebutkan kontribusi masing-masing unit bisnisnya terhadap pendapatan perseroan. "Porsi terbesar memang di sektor garmen. Sektor tekstil baru masuk jadi belum maksimal," kata dia.

Demi mengembangkan bisnis ritel, Pan Brothers mengalokasikan dana senilai Rp 35 miliar. Lantaran bisnis ritel ini termasuk lini baru bagi perseroan, maka kendala utamanya adalah persiapan sumber daya manusia. "Saat ini kami sedang menyiapkan organisasi untuk mendukung itu," ungkap Iswandeni.

Manajemen menyatakan ekspansi bisnis ke sektor ritel tidak akan bersaing dengan merek-merek ternama yang sudah mereka tangani. Pan Brothers akan menyiapkan beberapa segmen, baik kelas atas maupun kelas menengah. Perseroan ini selama ini mengerjakan pakaian jadi sejumlah merek papan atas.

Sebagian besar produk Pan Brothers menyasar pasar ekspor seperti Amerika Serikat, Eropa, Kanada, Jepang, Australia, serta beberapa negara di Asia. Sebagai perusahaan dengan eksposur yang besar terhadap kondisi ekonomi global, Pan Brothers tentu rentan terhadap krisis Eropa saat ini.

Menghadapi situasi itu, Pan Brothers mengatur porsi penjualan, dengan menggenjot pasar Asia. "Kami mulai memperbesar porsi Asia. Porsi Asia akan naik terus. Saat ini sudah di atas 10% dengan porsi terbesar pasar Jepang," ungkap Iswandeni.

Kapasitas mesin jahit terpasang Pan Brothers dan anak usahanya di 2012 mencapai 13.250 unit mesin. Pada tahun ini, perseroan tengah menyelesaikan pembangunan dua pabrik pakaian jadi di Boyolali Jawa Tengah. Targetnya, pabrik ini selesai Agustus 2012 dan mulai beroperasi pada akhir 2012. Kehadiran pabrik baru berpotensi menambah produksi hingga 15%.

Iswandeni mengatakan produksi terpasang secara konsolidasi pada 2012 akan mencapai 42 juta potong per tahun. Pan Brothers menargetkan penjualan tahun ini tumbuh 30% menjadi US$ 320 juta. Tapi manajemen enggan mengungkapkan target laba bersih tahun ini.

Selain membentuk usaha baru di bisnis ritel, Pan Brothers tak lupa mengembangkan bisnis hulu. Anak usaha PBRX, PT Ocean Asia Industri, mulai beroperasi tahun ini dan memiliki pabrik tekstil untuk mengerjakan bahan kaos. Sektor hulu akan melengkapi dan memperkuat posisi Pan Brothers di persaingan industri garmen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro