Mata rantai penjualan panjang, harga ayam terbang



JAKARTA. Harga ayam potong di tingkat pedagang eceran ternyata bertolak belakang dengan kondisi harga di tingkat peternak atau on farm. Bila harga daging ayam di tingkat pedagang pasar tradisional saat ini menyentuh level Rp 34.000 per kilogram (kg), maka harga ayam di tingkat produsen hanya dibanderol Rp 14.000 per kg.

Rusman Heriawan Wakil Menteri Pertanian mengatakan, selisih harga yang cukup besar ini diluar kewajaran. Ia menyimpulkan, munculnya disparitas harga di level peternak dan pengecer itu lebih dikarenakan ulah para pedagang yang mempermainkan harga.

Peluang munculnya aksi spekulan itu terbuka lantaran mata rantai penjualan ayam terlalu panjang. Untuk sampai ke konsumen, perdagangan ayam potong ini harus melalui beberapa mata rantai penjualan. Mulai dari peternak, pedagang pengumpul (pengepul) dan pedagang pangkalan.


Terus dilempar lagi ke level padagang pangkalan yang lebih kecil hingga sampai ke pengecer. "Persoalan tataniaga, ini harus dibenahi," kata Rusman, Kamis (3/10). Ia berjanji, Kementerian Pertanian (Kemtan) akan mengevaluasi jalur tataniaga yang telah berlangsung saat ini. Semakin panjang jalur penjualan, semakin mahal harga ke konsumen.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemdag), harga ayam ditingkat eceran terus menunjukkan kenaikan. Hingga September lalu, harga ayam potong secara rata-rata nasional berada di kisaran Rp 31.500 per kg, padahal bulan sebelumnya Rp 30.600 per kg.

Chandra Gunawan, Sekertaris Jenderal Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPU) tak menampik harga ayam di level produsen jauh lebih rendah dari pedagang eceran.

Menurutnya, harga ayam di tingkat produsen sempat mencapai level tertinggi pada pertengahan September lalu, yakni Rp 22.000 per kg. Namun, itu tidak berlangsung lama, hanya sekitar dua minggu. Setelah itu harga kembali anjlok hingga Rp 14.000 sampai sekarang ini.

Anton J Supit, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perunggasan Indonesia (GAPPI) bilang, dengan harga yang rendah, produsen sekarang cenderung merugi. Soalnya, biaya operasional terus melambung menyusul tingginya harga bibit ayam atau DOC (day old chick). Di tambah harga pakan juga terus meroket. Saat ini, ia menghitung, harga pokok produksi ayam sekitar Rp 17.500 per kg - Rp 18.000 per kg.

Anton berharap, pemerintah dapat bekerjasama dengan pengusaha mengembangkan penjualan ayam beku. Hal itu dapat mengurangi gejolak harga ayam di pasaran. "Selama ini, ayam yang dijual harus segar padahal itu mengakibatkan harga jatuh," ujar Anton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri