NEW YORK. Bak bola salju, keputusan Pemerintah China mendevaluasi yuan menggelinding cepat dan h menghempaskan nilai tukar mata uang negara lain. Tenge Kazhkhstan yang paling parah terkena dampak dari devaluasi yuan. Bloomberg melaporkan bakal ada 11 mata uang lain yang mengikuti jejak tenge. Tenge Kazakhstan sejatinya sudah tergerus dalam sejak awal tahun ini. Tapi, Kamis (20/8) pekan lalu menjadi puncak pelemahan tenge Kazakhstan sepanjang tahun ini, setelah bertengger di posisi 252,4 tenge per dollar Amerika Serikat (AS). Itu berarti, tenge melemah 38,41% sejak awal 2015. Untunglah, Jumat (21/8) lalu, tenge kembali sedikit menguat ke 234,99. Memang, negara yang terkena efek parah pelemahan yuan secara sengaja oleh Pemerintah China pada 11 Agustus 2015 lalu adalah negara-negara bekas Uni Soviet seperti Kazakhstan. Sebab, negara di Asia Tengah itu tak hanya kena efek devaluasi yuan, juga harus menghadapi pelemahan rubel Rusia. Tak ayal, depresiasi rubel menempatkan mereka dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam perdagangan dengan Rusia.
Mata uang 12 negara bakal kian tersungkur
NEW YORK. Bak bola salju, keputusan Pemerintah China mendevaluasi yuan menggelinding cepat dan h menghempaskan nilai tukar mata uang negara lain. Tenge Kazhkhstan yang paling parah terkena dampak dari devaluasi yuan. Bloomberg melaporkan bakal ada 11 mata uang lain yang mengikuti jejak tenge. Tenge Kazakhstan sejatinya sudah tergerus dalam sejak awal tahun ini. Tapi, Kamis (20/8) pekan lalu menjadi puncak pelemahan tenge Kazakhstan sepanjang tahun ini, setelah bertengger di posisi 252,4 tenge per dollar Amerika Serikat (AS). Itu berarti, tenge melemah 38,41% sejak awal 2015. Untunglah, Jumat (21/8) lalu, tenge kembali sedikit menguat ke 234,99. Memang, negara yang terkena efek parah pelemahan yuan secara sengaja oleh Pemerintah China pada 11 Agustus 2015 lalu adalah negara-negara bekas Uni Soviet seperti Kazakhstan. Sebab, negara di Asia Tengah itu tak hanya kena efek devaluasi yuan, juga harus menghadapi pelemahan rubel Rusia. Tak ayal, depresiasi rubel menempatkan mereka dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam perdagangan dengan Rusia.