Mata Uang Asia Akan Tertekan Perang Dagang dan Perang Mata Uang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sikap hawkish otoritas moneter Amerika Serikat (AS) pada rapat kebijakannya pekan lalu memberi efek penguatan terhadap dolar AS. Itu tecermin dari penguatan indeks dolar dalam sepekan terakhir. Sebaliknya, mayoritas mata uang Asia melemah.

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan, pernyataan hawkish The Fed berdampak besar bagi semua valuta Asia. Maklumlah, mayoritas valuta Asia terbilang valuta berisiko.

"Selain itu, negara-negara di Asia pada umumnya juga memiliki surplus perdagangan yang besar terhadap AS, dan lebih berpotensi menjadi sasaran tarif Donald Trump," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (22/12).


Ia mengkhawatirkan apabila kebijakan proteksionisme AS akan memicu perang dagang (trade war) dan perang mata uang (currency war) yang membuat otoritas di berbagai negara berlomba-lomba melemahkan valutanya terhadap dolar AS. "Mata uang Asia tidak menarik," ujar dia.

Baca Juga: Dibayangi Tekanan, Intip Prediksi Rupiah Hingga Tutup Tahun

Menurut Lukman, satu-satunya bank sentral yang diharapkan menaikkan suku bunga adalah Bank of Japan (BoJ). Dia menuturkan, jika batal meningkatkan suku bunganya pada pertemuan Desember, BoJ masih mungkin melakukan kenaikan di bulan Januari, terlebih setelah data inflasi November Jepang yang lebih tinggi dari perkiraan.

Namun, yen Jepang dipekirakan masih akan bergerak dalam range yang lebar. Dengan intervensi dan sedikit kenaikan suku bunga, yen diperkirakan bisa menguat hingga 140. Namun yen sulit untuk menguat lebih lanjut akibat perbedaan tingkat suku bunga yang masih sangat besar antara Jepang dengan AS.

"Investor bisa melakukan shortsell di 155-160, namun mesti take profit apabila mendekati 140-145," tutur dia.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi sepakat bahwa mata uang Asia akan tertekan di 2025. Kebijakan Trump yang inflasioner akan mendorong penguatan dolar AS yang signifikan. "Indeks dolar berpotensi mencapai level 114 di 2025," sebutnya.

Baca Juga: Mata Uang Rupiah Terancam Laju Penurunan Suku Bunga AS yang Lambat di Tahun Depan

Dus, mata uang Asia akan tertetan secara signifikan. Bahkan, yen yang awalnya diproyeksikan meningkat, dalam situasi terkini justru diperkirakan akan melemah hingga ke level 165.

Karenanya, Ibrahim menyarankan investor melakukan sell atas valuta Asia.

Selanjutnya: Prakiraan Cuaca Kalimantan Selatan: Hujan Ringan di Sejumlah Kota Hari Ini (23/12)

Menarik Dibaca: 2 Resep Nasi Campur Bali Dilengkapi Sate Lilit, Sambal Matah, Telur Pindang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat