Mata uang Asia berjatuhan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) terus tertekan. Kemarin (8/2), kurs spot rupiah jatuh ke Rp 13.605 per dollar AS. Ini posisi penutupan terburuk rupiah sejak Oktober 2017 lalu.

Pelemahan rupiah ini terjadi saat fundamental ekonomi Indonesia sedang positif. Lihat saja, cadangan devisa Indonesia di Januari lalu kembali mencapai rekor tertinggi di US$ 131,98 miliar.

Rating utang Indonesia juga terus membaik. Setelah di Desember 2017 Fitch Rating mengerek peringkat utang Indonesia, kini giliran Japan Credit Rating Agency (JCR) menaikkan peringkat sovereign credit rating (SCR) Indonesia dari BBB- dengan outlook positif menjadi BBB outlook stabil.


Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, rupiah melemah mengikuti mata uang Asia lain yang juga melemah di hadapan the greenback. Sejatinya, mata uang Garuda lebih beruntung, karena hanya terkoreksi 0,36% kemarin. Ringgit Malaysia terkoreksi 0,46%, baht Thailand turun 0,71% dan peso Filipina anjlok hingga 0,82%.

Serupa, yuan China pun terkikis 0,81% dihadapan dollar AS. "Rupiah juga tertekan karena yuan koreksi hampir 1%," jelas David, Kamis (8/2).

Potensi upside

Dollar AS menguat pasca panic selling di bursa saham global. Selain itu, pelaku pasar juga beralih memburu US Treasury. Hal ini didorong keyakinan pelaku pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga, mengingat indikator ekonomi AS membaik.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai, bila mempertimbangkan fundamental Indonesia tanpa melihat sentimen eksternal, nilai tukar rupiah sudah undervalued. Mata uang Garuda ini punya potensi upside sekitar 10%.

Karena fundamental positif, analis yakin rupiah tak akan jatuh dalam. "Pelemahan ini temporary dan rupiah belum pernah turun lebih dari 1%," ujar Josua Padede, ekonom Bank Permata.

Indikasinya, Indonesia memiliki cadangan devisa yang cukup besar. Dengan demikian, Bank Indonesia (BI) lebih leluasa jika ingin melakukan intervensi jika kurs rupiah kembali bergerak turun.

Kini, pelaku pasar cenderung menunggu kebijakan moneter Gubernur The Fed Jerome Powell. Dalam posisi wait and see, investor memilih masuk ke safe haven, yakni dollar. Ini akhirnya membuat kurs the greenback semakin tak terbendung.

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong memperkirakan, dalam jangka pendek rupiah bergerak di rentang 13.350-13.600 per dollar AS. Prediksi David, rentang pergerakan rupiah akan lebih sempit, di Rp 13.550-Rp 13.650 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati