Mata Uang Asia Keok, Rupiah yang Paling Tak Berdaya



SINGAPURA. Mayoritas mata uang Asia mengalami pelemahan hari ini. Parahnya, rupiah, ringgit dan won memimpin pelemahan tersebut. Penyebabnya antara lain adanya kekhawatiran perlambatan ekonomi global akan yang akan berdampak mengurangi permintaan ekspor regional.

Sepuluh mata uang Asia yang diperdagangkan keok terhadap mata uang AS. Ini terjadi setelah tingkat pengangguran di Negeri Uwak Sam itu melonjak ke level tertinggi dalam 16 tahun pada Desember lalu. Alhasi, pasar bursa di seluruh dunia pun ambrol.

”Saat ini pasar menduga ada kemungkinan terjadinya resesi terbesar dibanding prediksi. Semua orang sepertinya menebak pasar akan bearish untuk jangka waktu lama,” jelas Jay Won, Currency Dealer Korea Exchange Bank di Seoul.


Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, pada pukul 10.32 waktu Jakarta tadi, rupiah melemah 1,8% ke posisi 11.143 terhadap dolar. Sedangkan posisi terakhir, saat ini rupiah berada di level 11.150. Sementara itu, ringgit pun mengalami kondisi serupa dengan pelemahan 0,9% menjadi 3,5717. Sedangkan data dari Seoul Money Brokerage Services menyebutkan, won Korea keok 1,3% menjadi 1.360,55.

Di Jepang, mata uang yen malah mengalami kondisi sebaliknya. Yen menguat ke level tertinggi dalam satu bulan terhadap dolar. Ini terjadi seiring adanya pertaruhan yang dilakukan para trader bahwa Bank Sentral Eropa akan memangkas suku bunga acuannya ke level terendah sejak 2005 pada pertemuan yang bakal berlangsung pada 15 Januari nanti.

Mata uang Jepang perkasa menjadi 90,07 per dolar dari sebelumnya 90,39 di New York pada 9 januari kemarin. Jika dihadapkan pada euro, yen menguat 120,73 dari sebelumnya 121,81.

Para analis menilai, mata uang sejumlah negara akan semakin keok ke depannya. “Kita akan terus melihat adanya data global buruk yang akan dirilis ke depannya. Itu pertanda mata uang Asia akan terus melemah,” jelas Magnus Prim, Chief Strategist Skandinaviska Enskilda Banken di Singapura.

Setali tiga uang, beberapa mata uang Asia lain juga mengalami kondisi yang tak jauh berbeda. Peso Filipina melemah 0,7% menjadi 47,480 per dolar di Manila. Padahal, pada Desember lalu, peso sempat menguat 3%. Keoknya peso terkait menurunnya jumlah remiten atau pengiriman dana yang masuk dari warga Filipina yang bekerja di luar negeri akibat berakhirnya musim liburan.

Sementara itu, yuan milik China juga tidak mengalami banyak perubahan hari ini. Yuan berada di posisi 6,8379 terhadap dolar akibat adanya spekulasi penurunan ekspor akan membuat bank sentral berupaya melakukan intervensi penguatan yuan terhadap dolar.

Dolar Taiwan melemah 0,2% menjadi NT$ 33,223. Sementara baht Thailand dan dolar Singapura juga keok dengan pelemahan masing-masing 0,4% menjadi 34,94 dan 0,5% menjadi S$ 1,4863.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie