Mata Uang Asia Pasifik Terus Tercekik



JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) masih menunjukkan keperkasaannya terhadap mata uang negara Asia Pasifik. Mata uang Australia, Korea, Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia terus mencatatkan penurunan beberapa terakhir.

Mata uang Korea Selatan, Won, mencatatkan pelemahan paling dalam. Kemarin, nilai tukar Won terpuruk hingga 1.148,55 won per dolar AS. Bahkan, Won sempat mencapai 1.150 won per dolar AS yang merupakan nilai tukar terendah sejak tahun 2004. Sejak awal tahun, Won sudah melemah 18,17% terhadap dolar AS. Analis memprediksi won bisa mencapai 1.200 won per dolar AS di akhir tahun

Baht Thailand melemah ke level 34,4 baht per dolar AS, setelah Perdana Menteri Thailand Samak Sundarajev menetapkan status darurat. Baht sudah melemah 13,47% sejak awal tahun. Untuk mengatasi pelemahan tersebut, Bank of Thailand menyatakan akan melakukan intervensi ke pasar.


Dolar Australia juga terus melemah setelah bank sentral memotong suku bunga acuan menjadi 7%. Selain itu, ada ekspektasi penerimaan ekspor Australia berkurang seiring turunnya harga komoditi. Kemarin, nilai tukar dolar Australia mencapai AU$ 1,1966 per dolar AS, mendekati level terendahnya selama setahun terakhir.Ada beberapa hal yang mendorong penguatan dolar terhadap mata uang Asia. Pertama, dolar AS mendapat banyak sentimen positif, misalnya pelemahan harga minyak. "Ketika minyak turun, dolar akan menguat," kata Kepala Tresuri Bank BNI, Rosady T.A. Montol.

Kedua, krisis politik di Jepang dan Thailand membuat dana asing keluar dari Asia. Pasalnya, "Kepercayaan investor asing turun," jelas Rachmat Wibisono, dealer valas BRI.

Ketiga, penguatan dolar juga disebabkan tingginya inflasi negara-negara Asia. Sekedar info, inflasi Indonesia mencapai 11,85%, sementara inflasi Vietnam 27% dan Singapura mencapai 7%. Padahal, perekonomian AS pulih lebih cepat daripada yang diprediksi. "Kombinasi itu membuat dolar menguat terhadap mata uang global," tandas Ekonom Bank BNI Tony Prasentiantono.

Menurut Irene Cheung, analis ABN Amro Bank Singapura, sebagaimana dikutip Bloomberg, mata uang Asia masih bisa melemah sekitar 12% dalam waktu 6-12 bulan ke depan. Pasalnya, sejak tahun 2001, dana asing yang masuk ke Asia sudah mencapai US$ 1 triliun. Rachmat menyarankan, untuk jangka pendek investor bisa mengalihkan portofolio valasnya ke dalam dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test