SEOUL. Sebagian besar mata uang Asia perkasa terhadap dollar AS. Hal itu dapat dilihat dari Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Index yang mencatatkan kenaikan untuk hari kelima dan stabil di level 3,68%. Sementara itu, pada pukul 10.57 waktu Kuala Lumpur, ringgit Malaysia menguat 0,4% menjadi 3,1510 per dollar. Sedangkan won Korea Selatan menguat 0,4% menjadi 1.138,23, peso Filipina menguat 0,1% menjadi 41,635, dan baht Thailand menguat 0,2% menjadi 31,63. Di negara Asia lainnya, rupiah Indonesia menguat 0,03% menjadi 9.478 per dollar, dollar Taiwan menguat 0,1% menjadi NT$ 29,970, dan dong Vietnam tak banyak mencatatkan perubahan di posisi 20.845. Penguatan mata uang regional terjadi seiring spekulasi investpr bahwa bank sentral global, mulai dari AS hingga China, akan meningkatkan kebijakan stimulus untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Kondisi itu yang kemudian bisa meningkatkan permintaan barang-barang ekspor serta aset finansial Asia. "Pasar berharap bahwa kebijakan stimulus dari AS hingga China sudah dibicarakan dengan serius. Hal ini akan menyokong aset-aset berisiko," jelas Irene Cheung, currency strategist Australia & New Zealand Banking Group di Singapura. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mata uang Asia perkasa terhadap harapan stimulus
SEOUL. Sebagian besar mata uang Asia perkasa terhadap dollar AS. Hal itu dapat dilihat dari Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Index yang mencatatkan kenaikan untuk hari kelima dan stabil di level 3,68%. Sementara itu, pada pukul 10.57 waktu Kuala Lumpur, ringgit Malaysia menguat 0,4% menjadi 3,1510 per dollar. Sedangkan won Korea Selatan menguat 0,4% menjadi 1.138,23, peso Filipina menguat 0,1% menjadi 41,635, dan baht Thailand menguat 0,2% menjadi 31,63. Di negara Asia lainnya, rupiah Indonesia menguat 0,03% menjadi 9.478 per dollar, dollar Taiwan menguat 0,1% menjadi NT$ 29,970, dan dong Vietnam tak banyak mencatatkan perubahan di posisi 20.845. Penguatan mata uang regional terjadi seiring spekulasi investpr bahwa bank sentral global, mulai dari AS hingga China, akan meningkatkan kebijakan stimulus untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Kondisi itu yang kemudian bisa meningkatkan permintaan barang-barang ekspor serta aset finansial Asia. "Pasar berharap bahwa kebijakan stimulus dari AS hingga China sudah dibicarakan dengan serius. Hal ini akan menyokong aset-aset berisiko," jelas Irene Cheung, currency strategist Australia & New Zealand Banking Group di Singapura. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News