Mata uang Asia perkasa, yen capai rekor 15 tahun



JAKARTA. Seperti prediksi para analis, alih-alih meredam pelemahan dollar Amerika Serikat (AS), hasil kepakatan awal para pemimpim negara-negara anggota G-20 justru membuat dollar AS semakin terpuruk. Hingga malam ini, menurut data Bloomberg, mata uang kawasan Asia Pasifik kompak menguat terhadap the greenback, sebutan dollar AS.Pada pukul 22.17 WIB, nilai tukar yen mencapai angka 80,64 yen per dollar AS atau menguat 0,91% dalam sehari terakhir. Sebelumnya, yen sempat mencapai level tertinggi dalam 15 tahun di angka 80,41 yen per dollar AS. Jika dihitung sejak awal 2010, yen telah menguat 15,34% terhadap dollar AS. Sementara itu, dalam waktu yang sama, won Korea Selatan menguat 0,83% menjadi 1.116 won per dollar AS, baht Thailand menguat 0,25% menjadi 29,85 baht per dollar AS, dan rupiah menguat 0,42% menjadi Rp 8.900 per dollar AS. Sejak awal 2010, rupiah telah menguat 6,5% terhadap dollar AS.Kinerja dollar Australia menjadi yang paling mencorong. Mata uang Negeri Kangguru itu, dalam periode satu hari hingga pukul 22.17 WIB malam ini, telah menguat 1,05% menjadi US$ 0,9940 per dollar Aussie.

Ada dua poin penting hasil pertemuan G-20 yang memicu penguatan mata uang Asia Pasifik. Pertama, para pemimpin negara anggota G-20 sepakat memberikan peran yang lebih besar kepada negara berkembang (emering market) di International Monetary Fund (IMF). Ini seolah menegaskan bahwa motor ekonomi global telah berpindah dari negara maju ke negara berkembang lebih cepat dari prediksi sebelumnya. Dengan skenario seperti ini, tak ada cerita lain, mata uang negara-negara berkembang--termasuk di Asia Pasifik--pasti akan terus menguat.

Yang kedua, para pemimpin negara anggota G-20 juga menyatakan tidak akan melemahkan mata uang mereka semata demi menjaga daya saing ekspor. Ini artinya, tren pelemahan dollar AS dan--di sisi yang lain--penguatan mata uang lain yang terjadi selama ini akan tetap berlanjut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Cipta Wahyana