SINGAPURA. Mayoritas mata uang Asia perkasa atas dollar AS. Hal itu terlihat dari pergerakan Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Indeks yang naik 0,05% pagi ini. Sementara itu, pada pukul 11.35 waktu Taipei, dollar Taiwan menguat 0,2% menjadi NT$ 29,512. Sedangkan ringgit Malaysia menguat 0,1% menjadi 3,0690, baht Thailand menguat 0,2% menjadi 30,93, dan won Korea Selatan menguat 0,1% menjadi 1.137,25. Di negara lainnya, rupiah melemah 0,3% menjadi 9.175, setelah sebelumnya menguat 1,5%. Lalu, peso Filipina tak banyak mencatatkan perubahan di posisi 42,78. Demikian pula halnya dengan Dong Vietnam yang stabil di posisi 20.835. Keperkasaan mata uang Asia terjadi setelah pernyataan Pimpinan the Federal Reserve Ben S Bernanke yang menyatakan bahwa ekonomi AS masih belum pulih dari krisis finansial global. Hal itu memicu spekulasi di mana the Fed akan terus membeli aset-aset AS sehingga meningkatkan suplai dollar di pasar. "Fokus pasar saat ini berubah kepada spekulasi QE3. Kondisi ini akan menurunkan penawaran terhadap dollar AS," jelas Irene Cheung, currency strategist Australia & New Zealand Banking Group. Dia menambahkan, data terakhir dari China yang melampaui estimasi pasar cukup meredakan kecemasan akan perlambatan ekonomi Negeri Panda. "Hal itu juga berarti positif bagi aset-aset berisiko," jelasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mata uang Asia ramai-ramai perkasa atas dollar
SINGAPURA. Mayoritas mata uang Asia perkasa atas dollar AS. Hal itu terlihat dari pergerakan Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Indeks yang naik 0,05% pagi ini. Sementara itu, pada pukul 11.35 waktu Taipei, dollar Taiwan menguat 0,2% menjadi NT$ 29,512. Sedangkan ringgit Malaysia menguat 0,1% menjadi 3,0690, baht Thailand menguat 0,2% menjadi 30,93, dan won Korea Selatan menguat 0,1% menjadi 1.137,25. Di negara lainnya, rupiah melemah 0,3% menjadi 9.175, setelah sebelumnya menguat 1,5%. Lalu, peso Filipina tak banyak mencatatkan perubahan di posisi 42,78. Demikian pula halnya dengan Dong Vietnam yang stabil di posisi 20.835. Keperkasaan mata uang Asia terjadi setelah pernyataan Pimpinan the Federal Reserve Ben S Bernanke yang menyatakan bahwa ekonomi AS masih belum pulih dari krisis finansial global. Hal itu memicu spekulasi di mana the Fed akan terus membeli aset-aset AS sehingga meningkatkan suplai dollar di pasar. "Fokus pasar saat ini berubah kepada spekulasi QE3. Kondisi ini akan menurunkan penawaran terhadap dollar AS," jelas Irene Cheung, currency strategist Australia & New Zealand Banking Group. Dia menambahkan, data terakhir dari China yang melampaui estimasi pasar cukup meredakan kecemasan akan perlambatan ekonomi Negeri Panda. "Hal itu juga berarti positif bagi aset-aset berisiko," jelasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News