Mata uang Asia tergencet sentimen China dan Eropa



JAKARTA. Laporan ekonomi Amerika Serikat dan China yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan global membuat mata uang Asia jatuh. Indeks Bloomberg JP Morgan Asia Dollar turun 0,4%. Rupee India misalnya jatuh 1,1% ke 55,98. Ini adalah level terendah sepanjang masa. Sedangkan dollar indeks Asia menyentuh 113,74. Itu adalah level terendah sejak September 2012.

Ringgit Malaysia ikut anjlok 1,1% dalam minggu ini ke 3,19 per dollar pada 4.32 waktu Kuala Lumpur. Selain itu dollar Taiwan juga merosot 0,9% ke NT$ 29,931. Itu adalah level terendah mingguan sejak September.

Perlambatan ekonomi China ditunjukkan dengan laporan manufaktur China yang melambat. Jauh dari ekspektasi analis yang disurvei Bloomberg. "Data manufaktur mengejutkan dan jauh lebih rendah dari ekspektasi. Terlebih dengan pelemahan data permintaan dan tren impor," kata Irene Cheung, Currency Strategist Australia & NewZeland Banking Group seperti dikutip Bloomberg. Sentimen yang beredar di pasar juga sangat kering isu pengungkit. Ditambah dengan kondisi Eropa yang masih mengerikan.


Belum lagi data pengangguran di Amerika yang masih buruk. Data tersebut menunjukkan banyak orang Amerka yang mengajukan tunjangan pengangguran di 26 Mei lalu.

Kondisi tersebut memicu investor keluar dari bursa Asia. Di Korea Selatan dan Taiwan bulan lalu menunjukkan dana asing yang keluar mencapai US$ 7,3 miliar. Aksi juga juga melanda bursa Indonesia dimana asing sudah menjual saham sebesar US$ 825 juta. Asing juga menjual saham di bursa Thailand sebesar US$ 470 juta.

"Ada kekhawatiran tentang prospek ekspor setelah ada perlambatan di Eropa juga di China," ujar Kozo Hasegawa, trader Sumitomo Mitsui Banking Group di Bangkok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana