Mata Uang dan Saham Asia Melonjak Berkat Data AS yang Lemah, Rupiah Paling Perkasa



KONTAN.CO.ID - Sebagian besar mata uang dan saham Asia menguat pada hari Rabu (14/8). Setelah data harga produsen Amerika Serikat (AS) yang lemah memicu harapan akan inflasi harga konsumen yang terkendali, dengan rupiah Indonesia dan ringgit Malaysia memimpin kenaikan di pasar regional.

Rupiah Indonesia menguat 1% terhadap dolar AS, mencapai level tertinggi sejak 21 Maret. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,8%.

Menteri Keuangan Indonesia pada hari Selasa (13/8) mengatakan bahwa pendapatan pemerintah stabil pada Juli, meskipun ada peningkatan pengeluaran, termasuk untuk ibu kota baru bernama Nusantara yang diperkirakan dapat menarik minat investor.


Baca Juga: Nikkei Jepang Ditutup Lebih Tinggi; PM Kishida Mundur, Data Inflasi AS Ditunggu

Analis juga memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan memangkas suku bunga pada pertemuan kebijakan berikutnya.

"Selain rupiah yang tetap stabil, BI mungkin juga membutuhkan keyakinan lebih besar bahwa pelonggaran Federal Reserve sudah dekat sebelum memulai pemotongan suku bunga sendiri," kata analis Barclays.

Ringgit Malaysia mengikuti jejak rupiah dan menguat 0,5%. Saham-saham di negara itu cenderung datar.

Ekonomi Malaysia kemungkinan tumbuh pada laju tercepat dalam 18 bulan pada kuartal kedua berkat lonjakan ekspor dan peningkatan konsumsi rumah tangga, menurut survei Reuters.

Baca Juga: Paling Perkasa di Asia, Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 15.675 Per Dolar AS Hari Ini

Data produk domestik bruto (PDB) Malaysia akan dirilis pada hari Jumat (16/8).

Pasar saham Asia lainnya naik, kecuali China dan Malaysia, menjelang data inflasi utama dari Amerika Serikat (AS) yang dapat menambah ekspektasi pemotongan suku bunga pada bulan September.

Saham di Singapura dan Filipina naik masing-masing 0,4% dan 0,6%.

Mata uang di kawasan ini sebagian besar mengalami penguatan dengan dolar Taiwan dan won Korea Selatan masing-masing menguat 0,5%.

Saham di Bangkok melonjak 0,4% dan baht Thailand terakhir naik 0,2% terhadap dolar AS, yang tetap tertekan setelah data harga produsen AS yang lebih lemah memperkuat taruhan pada pemotongan suku bunga Federal Reserve tahun ini.

Baca Juga: Bursa Asia Naik Rabu (14/8), Kiwi Terperosok Setelah Selandia Baru Pangkas Suku Bunga

Pengadilan Thailand diharapkan memberikan keputusan pada hari ini mengenai apakah Perdana Menteri Srettha dapat diberhentikan setelah menjabat kurang dari setahun dengan memutuskan apakah dia melanggar "standar etika" dengan mengangkat Pichit Chuenban, yang pernah dipenjara, ke dalam kabinet.

"Jika PM lolos dari kasus ini, hal itu bisa sangat positif bagi aset Thailand karena dapat berarti ketidakpastian politik mereda," kata Poon Panichpibool, analis pasar di Krung Thai Bank, menunjuk pada gejolak di ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara itu.

Editor: Yudho Winarto