Mata Uang Iran Merosot ke Level Terendah Baru di Tengah Ketegangan AS-Eropa



KONTAN.CO.ID - DUBAI. Pada Sabtu (14/12/2024), mata uang Iran melanjutkan pelemahannya, dengan mencapai titik terendah baru sepanjang masa terhadap dolar AS. 

Kondisi ini terjadi di tengah ketidakpastian terkait dengan kepemimpinan Donald Trump di Gedung Putih dan ketegangan dengan Barat atas program nuklir Teheran.

Melansir Reuters yang mengutip Bonbast.com (yang melaporkan nilai tukar), rial anjlok ke posisi 756.000 terhadap dolar di pasar tidak resmi pada hari Sabtu, dibandingkan dengan 741.500 rial pada hari Jumat. Situs web bazar360.com menyebut dolar dijual sekitar 755.000 rial.


Menghadapi tingkat inflasi resmi sekitar 35%, warga Iran yang mencari tempat berlindung yang aman untuk tabungan mereka telah membeli dolar, mata uang keras lainnya, emas atau mata uang kripto, yang menunjukkan hambatan lebih lanjut untuk pergerakan rial.

Dolar telah menguat terhadap rial sejak diperdagangkan sekitar 690.000 rial pada awal November di tengah kekhawatiran bahwa setelah pelantikannya pada Januari, Trump akan memberlakukan kembali kebijakan "tekanan maksimum" terhadap Iran dengan sanksi yang lebih keras dan memberdayakan Israel untuk menyerang situs nuklir Iran.

Baca Juga: Daftar 10 Negara Paling Kaya di Timur Tengah, Makmur Karena Minyak

Mata uang Iran kembali menurun setelah dewan gubernur badan nuklir PBB IAEA mengeluarkan resolusi yang diusulkan Eropa terhadap Teheran - meningkatkan risiko sanksi baru - dan menyusul jatuhnya Presiden Suriah Bashar al Assad, sekutu lama Republik Islam tersebut.

Trump pada tahun 2018 mengingkari kesepakatan nuklir yang dicapai oleh pendahulunya Barack Obama pada tahun 2015 dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi AS terhadap Iran yang telah dilonggarkan. 

Kesepakatan tersebut telah membatasi kemampuan Iran untuk memperkaya uranium, sebuah proses yang dapat menghasilkan bahan fisil untuk senjata nuklir.

Tonton: Lompatan Nuklir Iran Mendekati Mutu Bom Bikin Barat Cemas

Rial Iran telah kehilangan lebih dari 90% nilainya sejak sanksi diberlakukan kembali pada tahun 2018.

Selanjutnya: Butuh Investasi Tinggi untuk Capai Pertumbuhan 8%, Target Pemerintah Tak Realistis

Menarik Dibaca: Resep Simple Tumis Jamur Baso, Sarapan Super Cepat dengan Kuah Kaldu Ayam

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie