Mata Uang Jepang dan Australia, Pilihan Menarik Investasi Valas di Semester II-2024



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Japanese Yen (JPY) dan Australian Dollar (AUD) diproyeksi bakal menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di akhir 2024. Suku bunga the Fed dipangkas berpotensi melemahkan ketangguhan dolar AS.

FX Strategist Global Financial Markets DBS Bank Terence Wu mengatakan, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang lebih dalam dan imbal hasil US Treasury yang lebih rendah membebani dolar AS (USD). Hal itu dipengaruhi perlambatan ekonomi di kuartal kedua dan juga pasar tenaga kerja Amerika kembali normal ke kondisi stabil.

“Kami melihat dolar akan bergerak datar dengan kecenderungan sedikit menurun di semester kedua 2024. Pergerakan dolar dipengaruhi adanya skenario soft landing ekonomi AS ketika the Fed memangkas suku bunga yang melemahkan USD,” ujar Terence dalam diskusi bersama Bank DBS Indonesia, Rabu (3/7).


Terence menjelaskan, data Produk Domestik Bruto (PDB) AS terbaru memberikan dukungan terhadap pandangan soft landing pada perekonomian Amerika. Biro Analisis Ekonomi AS mengumumkan revisi pertumbuhan PDB riil tahunan untuk kuartal pertama menjadi 1,4% dari 1,3% pada estimasi sebelumnya.

Baca Juga: Yen Anjlok ke Level Terendah Dalam 38 Tahun, Pasar Menantang Otoritas Untuk Bertindak

Di samping itu, walaupun the Fed masih menggaungkan pemangkasan suku bunga hanya satu kali, tetapi pelaku pasar tetap berekspektasi ada dua kali pemangkasan tahun ini. Hanya saja, saat ini dolar AS masih terlihat tangguh karena pelemahan mata uang rival seperti euro akibat ketidakpastian selama pemilu Prancis dan yen Jepang karena masih belum mengerek suku bunga.

Dalam potensi pelemahan dolar AS ini, Terence menilai bahwa Japanese Yen (JPY) dan Australia Dolar (AUD) bisa dicermati untuk semester kedua 2024. Depresiasi JPY karena aksi carry trade yang gigih, tetapi diperlukan perubahan struktural. Sementara AUD diunggulkan karena keterlambatan dalam lintasan penurunan suku bunga Reserve Bank Australia (RBA) di pertengahan tahun 2025 akan memberikan dukungan kepada AUD.

Head of Investment Product & Advisory PT Bank DBS Indonesia Djoko Soelistyo menambahkan, latar belakang JPY menarik untuk investasi karena harga sudah termasuk murah. Secara fundamental, Yen Jepang juga tidak buruk yang tercermin dari turisme di Negeri Sakura tersebut tetap ramai.

Sementara, dolar Australia cukup prospektif karena inflasi yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Dengan kata lain, Australia berpotensi mengerek suku bunga yang biasanya cenderung akan memperkuat mata uang.

“AUD dan JPY boleh juga jadi alternatif. Sekali lagi diversifikasi, jadi investasi tetap harus dibagi,” imbuh Djoko dalam kesempatan yang sama.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.371, Simak Proyeksi Untuk Kamis (4/7)

Equities Specialist DBS Group Research Maynard Arif menuturkan, harga Yen Jepang yang secara historis sudah murah memberikan kesempatan untuk mengoleksinya sebelum berbalik menguat. Sebab, Bank of Japan (BoJ) sudah meninggalkan kebijakan suku bunga negatif, sehingga diproyeksi bakal tingkatkan suku bunga.

Di sisi lain, prospek dolar AS diperkirakan lemah seiring rencana pemangkasan suku bunga Federal Reserve. Jadi pasangan mata uang USDJPY dapat dimanfaatkan untuk semester kedua tahun ini.

“Kami melihat Yen Jepang menarik karena sudah terdepresiasi cukup dalam,” ucap Maynard.

Kendati demikian, Maynard dan Djoko memandang bahwa mata uang lainnya secara umum juga menyimpan potensi penguatan terhadap dolar AS. Pasalnya, dolar AS sendiri sudah menguat tajam terhadap sekeranjang mata uang, tetapi diperkirakan berbalik lemah di akhir 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati