KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah mata uang komoditas mengalami pelemahan di tengah naiknya harga komoditas. Meski begitu, masih ada peluang beberapa mata uang kembali menguat karena kondisi fundamentalnya yang masih mendukung. Berdasarkan Trading Economics, pada Minggu (6/10) pukul 16.38 WIB, mata uuang AUDUSD berada di level 0.6792. Dalam sehari AUDUSD melemah 0,84%, dan dalam sepekan melemah 1,55%.
Sementara NZDUSD bertengger di level 0,61574, mengalami pelemahan 0,95% dibandingkan hari kemarin, begitupun dalam seminggu melemah 2,88%.
Pengamat komoditas sekaligus Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menjelaskan harga komoditas seperti minyak menguat karena dipicu tensi geopolitik. Tetapi seiring tensi geopolitik stabil, kemudian harga minyak juga bisa jadi jatuh.
Mata uang, termasuk mata uang komoditas, selalu berhubungan dengan dolar AS. Oleh karena itu, ketika dolar AS menguat, mata uang lain di hadapan dolar AS cenderung melemah.
"Sehingga jika dikonversikan dengan mata uang negara penghasil komoditas, harganya menjadi terlalu mahal," kata Ibrahim kepada KONTAN, Minggu (6/10).
Baca Juga: Rupiah Diproyeksi Melemah pada Senin (7/10), Ini Sentimen Pendorongnya Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Lukman Leong menambahkan, sejak Jumat (4/10) bukan hanya harga mata uang komoditas yang jatuh. Tetapi rata-rata mata uang di dunia jatuh karena dolar AS menguat tajam imbas data pekerjaan AS yang jauh lebih baik dari perkiraan.
"Jadi meskipun harga komoditas yang tinggi mendukung mata uang komoditas, tetapi kebijakan bank sentral lebih berpengaruh," kata Lukman kepada KONTAN, Jumat (4/10).
Pengamat komoditas dan Founder Traderindo.com. Wahyu Tribowo Laksono menjelaskan bahwa fundamental USD berperan lebih signifikan dalam penyesuaian nilai tukar.
Penguatan USD yang konsisten dapat menyebabkan pelemahan kepada mata uang lain, termasuk mata uang komoditas.
"Harga komoditas pun, seperti minyak bisa jadi terancam pelemahan jika indeks dolar menguat signifikan nantinya," kata Wahyu kepada KONTAN, Sabtu (5/10).
Namun, dalam jangka menengah, menurut Wahyu
rebound dolar AS belum terkonfirmasi karena fundamental utama belum berubah. Mengingat The Fed masih mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter.
Baca Juga: Valuta Pilihan di Tengah Tekanan Keperkasaan Dolar AS Ke depannya, Lukman menilai prospek mata uang AUD masih lebih baik karena didukung oleh Reserve Bank of Australia (RBA) yang masih hawkish dan stimulus ekonomi China. Lukman memperkirakan AUD mampu melanjutkan penguatan menuju kisaran 0,64-0,65 pada akhir tahun 2024.
Sementara Wahyu memproyeksi dlam jangka pendek mata uang komoditas masih akan mengalami koreksi. Tetapi dalam jangka menengah bahkan awal tahun 2025 terdapat potensi penguatan jika The Fed melanjutkan pemotongan suku bunga.
Secara teknikal, Wahyu mencermati mata uang Australia masih dalam proses
rebound dan baru saja menembus level resistance di 0.6900 dan cenderung oversold. Wahyu memproyeksi hingga akhir tahun 2024, mata uang negara kangguru ini potensial di kisaran 0.6600 hingga 0.7000.
Sementara untuk NZDUSD, Wahyu memproyeksi pada akhir tahun akan ada di kisaran 0.6000 sampai 0.6400.
Ibrahim juga memproyeksi penguatan untuk mata uang komoditas. Akhir tahun ini, proyeksi Ibrahim untuk AUSD sebesar 0,69594 dan NZDUSD adalah 0,63965.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih