Mata Uang Pilihan Saat Pasar Keuangan Goyah Buntut Ambruknya SVB



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang euro dianggap menjadi mata uang pilihan utama dalam kondisi saat ini. Investor juga dapat melirik segenap mata uang asia dan mata uang kawasan Afrika yang diuntungkan dari adanya kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB).

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana melihat Euro (EUR) saat ini menjadi hard currencies yang menarik sebagai pilihan investasi. Pasalnya, euro telah reli menguat dari awal tahun ini, bahkan sejak Oktober 2022. Terlebih, adanya ekspektasi European Central Bank (ECB) masih akan meningkatkan suku bunga lebih tinggi daripada The Fed.

“Ini akan mendorong menariknya euro,” ujar Fikri saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (21/3).


Baca Juga: Rupiah Menguat Selasa (21/3), Ini Prediksi untuk Jumat (24/3)

Menurut Fikri, The Fed kemungkinan hanya akan meningkatkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menuju terminal rate 5,25% di Mei 2023. Hal itu karena Bank Sentral AS tersebut menilai efek kolapsnya SVB yang bisa berbahaya jika suku bunga kembali dinaikkan dalam level yang tinggi. Selain itu, kenaikan suku bunga bisa memberatkan US Treasury lebih anjlok lagi.

Tetapi, Fikri bilang, untuk kebutuhan mata uang untuk safe haven asset maka lebih cocok memilih yen Jepang (JPY), ataupun berbagai mata uang asia lainnya seperti yuan China (CNY) dan won Korea (KRW).

Jika dibandingkan dolar Amerika Serikat (AS), hampir semua mayoritas mata uang asia bergerak menguat. Hal itu karena dampak minimal yang dirasakan oleh negara-negara Asia yang tidak memiliki kaitan dengan bank-bank AS ataupun Eropa yang alami kolaps.

Selain itu, mata uang negara kawasan Afrika juga layak dilirik saat kondisi pasar global tengah ditekan sentimen runtuhnya SVB. Mata uang negara-negara Afrika seperti Afrika Selatan, Zambia ataupun Zimbabwe diuntungkan karena statusnya sebagai penghasil sumber daya emas yang menguat di tengah peningkatan kebutuhannya.

“Kalau mata uang Asia menarik dicermati karena minimnya keterkaitan terhadap kondisi perbankan global, sedangkan Afrika dipengaruhi oleh faktor sebagai Kawasan penghasil sumber daya emas,” imbuh Fikri.

Hanya saja, Fikri menilai dampak dari kolapsnya SVB perlahan mampu tertangani yang didukung oleh upaya bail out atau bantuan keuangan secara penuh oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) dan The Fed. Begitu pula, masalah yang dialami oleh Credit Suisse telah diselamatkan oleh pemerintahnya.

Baca Juga: Beberapa Bank AS Kolaps, Dolar AS Masih Jadi Mata Uang Safe Haven

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat