KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Mata uang
safe haven mengalami peningkatan permintaan pada hari Selasa (19/11). Dolar AS, franc Swiss, dan yen Jepang menarik pembeli setelah Rusia memperbarui doktrin nuklirnya sebagai respons terhadap meningkatnya konflik dengan Ukraina. Ukraina menggunakan rudal ATACMS Amerika Serikat (AS) untuk menyerang wilayah Rusia untuk pertama kalinya, kata pihak Rupiah. Serangan ini dianggap Rusia sebagai peningkatan besar dalam permusuhan pada hari ke-1.000 perang tersebut. Putin menyetujui perubahan dokrtrin beberapa hari setelah dua pejabat AS dan seorang sumber yang mengetahui keputusan tersebut mengatakan pada hari Minggu bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden akan mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang jauh ke Rusia.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang, naik 0,1% menjadi 106,33 setelah mencapai level tertinggi 106,63 dalam sesi tersebut. Nilai tukar euro turun 0,25% pada $1,0573.
Baca Juga: Makin Panas! Ukraina Gunakan Rudal ATACMS Tepat 1000 Hari Perang Lawan Rusia Namun, pergerakan awal agak memudar setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Rusia akan "melakukan segala yang mungkin" untuk menghindari dimulainya perang nuklir, sementara menunjukkan persetujuan atas keputusan Jerman pada hari Senin untuk tidak memberikan rudal jarak jauh ke Ukraina. Dia menyebut langkah Jerman sebagai "posisi yang bertanggung jawab." Selain itu, AS mengatakan belum melihat alasan untuk menyesuaikan postur nuklirnya sendiri sebagai tanggapan. "Kami melihat pembalikan setelah komentar Lavrov, juga AS tidak akan menanggapi perubahan dalam doktrin nuklir Rusia ini, yang juga berperan dalam sentimen yang sedikit tenang di sini," kata Erik Bregar, direktur, manajemen risiko FX & logam mulia, di Silver Gold Bull di Toronto seperti dikutip
Reuters. Bregar menambahkan bahwa gelombang posisi beli dengan leverage berlebih selama tiga minggu dan risiko geopolitik belum hilang. "Dunia masih gila dan berbahaya," ujar dia.
Baca Juga: Rupiah Menguat Tipis Pada Selasa (19/11), Imbas Aksi Profit Taking Dolar AS Yen Jepang menguat 0,43% terhadap dolar AS menjadi 154 per dolar. Yen juga naik 0,48% menjadi 163,07 terhadap euro setelah menguat ke level tertinggi enam minggu di 161,50. Dolar telah menguat sebanyak 9% terhadap mata uang Jepang sejak awal Oktober menjadi 156,74, naik di atas angka 156 untuk pertama kalinya sejak Juli. Penguatan dolar AS memicu kemungkinan otoritas Jepang akan sekali lagi turun tangan untuk menopang mata uang tersebut. Terhadap franc Swiss, dolar melemah 0,11% menjadi 0,882. Rubel Rusia melemah 0,83% terhadap dolar AS menjadi 100,571 per dolar. Indeks dolar telah menguat karena meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memperlambat laju penurunan suku bunga dan kekhawatiran bahwa kebijakan Presiden AS Donald Trump yang akan datang dapat memicu kembali inflasi.
Baca Juga: FedEx Effect Dorong Ekonomi Asia Pasifik melalui Inovasi, Efisiensi & Operasional Ekspektasi terhadap laju penurunan suku bunga telah menurun, meskipun bergejolak dalam beberapa minggu terakhir. Pasar saat ini memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin sebesar 58,7% pada pertemuan Fed bulan Desember. Prediksi ini turun dari 76,8% sebulan lalu, menurut FedWatch Tool milik CME. Bank Sentral Eropa juga diperkirakan akan terus memangkas suku bunga dalam upaya untuk merangsang pertumbuhan di kawasan tersebut. Dalam komentar terbaru dari para pembuat kebijakan ECB, Fabio Panetta mengatakan bahwa bank sentral harus memangkas suku bunga sehingga tidak lagi mengekang pertumbuhan ekonomi, bahkan merangsang pertumbuhan. Dia menyebut bahwa bank sentral perlu memberikan lebih banyak arahan sekarang karena guncangan pascapandemi mereda dan inflasi mulai normal. Komentar Panetta muncul setelah dua pembuat kebijakan utama ECB pada hari Senin mengisyaratkan bahwa mereka lebih khawatir tentang kerusakan yang diperkirakan akan ditimbulkan oleh tarif perdagangan AS yang baru terhadap pertumbuhan daripada dampak apa pun terhadap inflasi.
Sterling melemah 0,28% menjadi $1,264.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati