Mata uang yen masih berjaya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan Presiden AS Donald Trump mematok tarif bea masuk impor aluminium dan baja turut menekan the greenback. Pada Jumat (2/3) lalu, dollar AS ditutup melemah 0,46% terhadap yen ke level 105,75.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menilai, pelaku pasar dihadapkan pada risk aversion atau aksi menghindari risiko. Bahkan, kebijakan Trump banyak dikritik anggota Partai Republik. Kebijakan tersebut berpotensi memicu perang dagang.

Di sisi lain, bursa global ikut menurun. "Yen cenderung menguat ketika terjadi kepanikan, karena yen digunakan sebagai mata uang carry trade," kata Alwi, Jumat (2/3).


Dia memprediksi jika bursa global kembali positif, maka USD/JPY berpotensi menguat tipis, meski saat ini tren masih menurun. "Ketika indeks Nikkei menguat, yen akan melemah dan dollar bisa menguat lagi," kata Alwi.

Yen Jepang juga menguat terhadap poundsterling. Padahal, dari Tokyo belum banyak sentimen yang bisa mempengaruhi pergerakan yen. Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda mengatakan, meski pertumbuhan ekonomi solid, upah dan harga masih lemah.

Poundsterling sejatinya juga tertekan dari data ekonomi yang mengecewakan. Indeks keyakinan konsumen pada Febuari turun dari -9 ke -10 dan indeks manufaktur yang disusun Markit di periode yang sama turun dari 55,3 ke 55,2.

Wahyu memprediksi GBP/JPY hari ini (5/3) melanjutkan pelemahan. Pasangan valuta ini masih dalam tren bearsih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati