KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) telah membuka kembali 141 toko pada 16 Juni 2020 lalu. Ini artinya hampir 92% toko milik LPPF telah dibuka. Jumlah toko yang dibuka bertambah dari awal Mei sebanyak 24 toko yang dibuka atau hanya sekitar 16% dari total yang dimiliki oleh LPPF sebanyak 153 toko.
Baca Juga: Matahari (LPPF) dan Mitra Adiperkasa (MAPI) ekspansi, ini rekomendasi analis Sisa toko yang belum dibuka kembali diantaranya di Tangerang, Bandung dan Bogor. "Kami berharap semua toko akan dibuka kembali pada akhir bulan ini karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah dicabut di sebagian besar kota," jelas Kevie Aditya dan Elbert Setiadharma, analis Indo Premier Sekuritas dalam riset Jumat 19 Juni 2020. Meskipun toko dibuka kembali, Indo Premier memperkirakan toko akan tetap sepi terutama dalam beberapa bulan pertama pembukaan kembali. "Kami memperkirakan aktivitas perdagangan akan tetap di sekitar 30% dari normal pada bulan April hingga Juni," terang Kevie dan Elbert dalam riset. Indo Premier memperkirakan, secara bertahap aktivitas perdagangan akan meningkat menjadi 60%-80% di bulan Juli dan Agustus. Bahkan di kuartal IV tahun ini, Indo Premier memperkirakan, LPPF akan membukukan penurunan ata-rata penjualan tiap gerai alias same store sales growth (SSSG) 5%.
Ini terjadi karena daya beli yang masih melemah pasca Covid-19. "Singkatnya, kami mencatata SSSG turun 30% untuk tahun 2020," terang Elbert dan Kevie.
Baca Juga: Laba bersih Matahari Department Store (LPPF) turun lebih dari 20% hingga kuartal III Pada tahun ini, Indo Premier memperkirakan, Matahari Departement Store akan mengadakan diskon besar-besaran di toko-toko mereka. Cara tersebut untuk mengurangi dan menghilangkan persediaan yang lama. Hal ini memang menjadi agenda dari LPPF untuk tahun ini. "Tetapi mungkin strategi ini akan digenjot lagi karena penjualan yang melemah karena Covid-19," terang Edbert dan Kevie. Akibatnya, Indo Premier memperkirakan, gross profit margin alias margin laba kotor LPPF di tahun 2020 akan menyusut 84 bps menjadi 33,1% setelah menurun 164 bps di tahun 2019.
Editor: Avanty Nurdiana