KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deloitte Global bersama Circle Economy mengingatkan bahwa penurunan tingkat sirkularitas global bisa berdampak serius terhadap ketahanan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia. Dalam laporan Circularity Gap Report (CGR) 2025 yang dirilis hari ini, disebutkan bahwa hanya 6,9% dari total 106 miliar ton material yang digunakan setiap tahun berasal dari sumber daur ulang, turun dari 9,1% pada 2015. Deloitte adalah jaringan global firma layanan profesional yang bergerak di bidang audit, konsultasi, pajak, dan layanan finansial. Deloitte bermitra dalam penyusunan laporan CGR yang kini menjadi tolok ukur global dalam memantau kemajuan transisi ke ekonomi sirkular. Laporan ini menunjukkan bahwa konsumsi material global tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan populasi, sementara sistem daur ulang belum mampu menanganinya. Hal ini menyebabkan lebih dari 90% material berakhir sebagai limbah atau emisi. Bagi Indonesia, kondisi ini bisa memperbesar risiko krisis lingkungan dan tekanan terhadap sumber daya alam yang kian terbatas.
Material Terbuang, Daur Ulang Mandek: Ini Imbasnya bagi Ekonomi Indonesia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deloitte Global bersama Circle Economy mengingatkan bahwa penurunan tingkat sirkularitas global bisa berdampak serius terhadap ketahanan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia. Dalam laporan Circularity Gap Report (CGR) 2025 yang dirilis hari ini, disebutkan bahwa hanya 6,9% dari total 106 miliar ton material yang digunakan setiap tahun berasal dari sumber daur ulang, turun dari 9,1% pada 2015. Deloitte adalah jaringan global firma layanan profesional yang bergerak di bidang audit, konsultasi, pajak, dan layanan finansial. Deloitte bermitra dalam penyusunan laporan CGR yang kini menjadi tolok ukur global dalam memantau kemajuan transisi ke ekonomi sirkular. Laporan ini menunjukkan bahwa konsumsi material global tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan populasi, sementara sistem daur ulang belum mampu menanganinya. Hal ini menyebabkan lebih dari 90% material berakhir sebagai limbah atau emisi. Bagi Indonesia, kondisi ini bisa memperbesar risiko krisis lingkungan dan tekanan terhadap sumber daya alam yang kian terbatas.