KONTAN.CO.ID - Pada Hari Anak Perempuan Sedunia ini, Mattel, perusahaan mainan global terkemuka dan pemilik salah satu portofolio waralaba hiburan anak dan keluarga terkuat di dunia, mengumumkan kerjasamanya dengan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia, melalui program New Colombo Plan (NCP) serta berbagai universitas terkemuka yakni University of Melbourne (UoM) dan mitranya, Universitas Indonesia (UI), untuk meluncurkan Dream Gap Project di kawasan Asia Pasifik. Penelitian ini bertujuan untuk memahami lebih lanjut mengenai fenomena "Dream Gap" di Australia dan Indonesia, serta memahami lebih spesifik mengenai bagaimana stereotip sosial mempengaruhi minat anak-anak muda pada bidang STEM. Penelitian yang dilakukan di Australia dan Indonesia akan fokus pada anak-anak berusia 4-6 tahun, mempelajari bagaimana stereotip sosial dapat membentuk aspirasi anak-anak perempuan dan laki-laki, dan mengidentifikasi dampak dari Dream Gap terkait “Identitas STEM” mereka – yang melibatkan pemikiran tentang diri mereka sebagai individu yang berkaitan dengan STEM yang melibatkan proses keterampilan, kapabilitas dan kecenderungan tertentu. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para pengambil keputusan untuk membantu mengatasi Dream Gap.
Mattel Memperkenalkan Inisiatif Dream Gap di Indonesia bersama Beberapa Mitra
KONTAN.CO.ID - Pada Hari Anak Perempuan Sedunia ini, Mattel, perusahaan mainan global terkemuka dan pemilik salah satu portofolio waralaba hiburan anak dan keluarga terkuat di dunia, mengumumkan kerjasamanya dengan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia, melalui program New Colombo Plan (NCP) serta berbagai universitas terkemuka yakni University of Melbourne (UoM) dan mitranya, Universitas Indonesia (UI), untuk meluncurkan Dream Gap Project di kawasan Asia Pasifik. Penelitian ini bertujuan untuk memahami lebih lanjut mengenai fenomena "Dream Gap" di Australia dan Indonesia, serta memahami lebih spesifik mengenai bagaimana stereotip sosial mempengaruhi minat anak-anak muda pada bidang STEM. Penelitian yang dilakukan di Australia dan Indonesia akan fokus pada anak-anak berusia 4-6 tahun, mempelajari bagaimana stereotip sosial dapat membentuk aspirasi anak-anak perempuan dan laki-laki, dan mengidentifikasi dampak dari Dream Gap terkait “Identitas STEM” mereka – yang melibatkan pemikiran tentang diri mereka sebagai individu yang berkaitan dengan STEM yang melibatkan proses keterampilan, kapabilitas dan kecenderungan tertentu. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para pengambil keputusan untuk membantu mengatasi Dream Gap.