Mau investasi di saham unicorn? Pahami dulu risiko dan manfaatnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan teknologi digital dengan valuasi lebih dari US$ 1 miliar atau unicorn, menjadi sebuah fenomena tersendiri bagi investor saham. Hadirnya perusahaan unicorn di bursa saham Indonesia menjadi peluang tersendiri bagi investor untuk berinvestasi.

Dengan karakteristik yang berbeda dengan perusahaan konvensional yang sebelumnya sudah tercatat di Bursa, investor terutama investor ritel, harus memahami risiko dan manfaat sebelum berinvestasi di saham-saham unicorn.

Founder dan CEO Emtrade Ellen May mengatakan, berinvestasi di saham perusahaan unicorn memiliki risiko yang tinggi serta potensi untung yang tinggi pula. 


Kendati demikian, menurutnya investor mesti bisa melihat bagaimana prospek usaha, market share, atau keberlangsungan digital karena teknologi bukan jangka pendek melainkan jangka panjang.

Baca Juga: Saham Bank Neo Commerce (BBYB) yang digenggam Asabri sisa 0,53%, ini kata manajemen

“Ketika ingin membeli saham unicorn harus benar-benar pahami mengapa alasan belinya. Boleh alasan teknikal maupun fundamental,” ujar Ellen dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Senin (23/8).

Ellen mengatakan, jika tidak memahami fundamental, setidaknya investor dapat mengikuti tren harga naik dengan teknikal dan membatasi risiko ketika harga turun. Demikian pula manajemen keuangan, yang menurutnya sangat penting dengan prinsip utama

“Belilah sejumlah nominal yang kita siap dengan risikonya, Karena baik saham digital maupun non digital, saham old economy maupun new economy, semuanya mengandung risiko fluktuasi,” sambung Ellen.

Ellen membagikan tips menghitung valuasi saham yang diberikan melalui Emtrade. Cara menghitung valuasi saham-saham teknologi sangat berbeda dengan perusahaan konvensional, investor tidak bisa melihat price to earning ratio (PER) serta price to book value (PBV).

Untuk perusahaan teknologi, investor mesti bisa melihat market cap/market share atau metrics-metrics yang lain, dan membandingkan kepada saham-saham teknologi yang sudah listing di Amerika Serikat atau belahan dunia yang lain.

Baca Juga: MAMI sebut saat ini jadi momentum untuk berinvestasi di reksadana saham

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, investor harus memperhatikan prospek perusahaan ke depannya jika ingin membeli saham  perusahaan unicorn.   

Hans menerangkan, investor harus menyadari bahwa perusahaan unicorn bukan perusahaan yang memperoleh keuntungan dengan instan dan cepat. Ia mencontohkan perusahaan digital di Amerika Serikat butuh waktu puluhan tahun untuk memperoleh keuntungan.

Investor harus rasional dalam mengambil keputusan. Investor harus bisa melihat prospek ke depan, apakah perusahaan unicorn ini akan menjadi market leader atau tidak.  “Karena, dari 5-6 perusahaan sejenis, hanya satu yang akan jadi pemenang. Jika kita berinvestasi di perusahaan teknologi, kita harus melihat sebagai investasi jangka panjang,” pungkas Hans.

Selanjutnya: IHSG melorot 1,77% dalam sepekan, nilai kapitalisasi pasar BEI juga turun 1,8%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi