KONTAN.CO.ID - RIYADH. Arab Saudi ingin lebih terbuka kepada para pelancong. Namun pihak kerajaan akan mengeluarkan denda terhadap 19 pelanggaran yang berkaitan dengan kesopanan publik. Pelanggaran tersebut di antaranya seperti mengenakan pakaian yang tidak sopan dan bermesraan di depan umum. Dilansir dari
Reuters, aturan ini menyertai peluncuran rezim visa yang memungkinkan wisatawan dari 49 negara untuk mengunjungi salah satu negara paling tertutup di dunia ini. Sampai sekarang, sebagian besar pengunjung yang datang ke Arab Saudi adalah dari kalangan peziarah Muslim dan pebisnis.
Baca Juga: Kapal tanker Inggris yang ditahan Iran sudah berlabuh di Dubai Pelanggaran yang tercantum di situs web visa baru juga termasuk sejumlah tindakan lain. Mulai dari membuang sampah sembarangan, meludah, menyela antrian, mengambil foto dan video orang tanpa izin dan memutar musik pada waktu sholat. Besaran denda sendiri berkisar antara 50 riyal alias setara US$ 13 hingga 6.000 riyal atau US$ 1.600. "Peraturan tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa pengunjung dan wisatawan di kerajaan mengetahui hukum yang berkaitan dengan perilaku publik sehingga mereka mematuhinya," kata pemerintah dalam pernyataannya. Polisi Saudi memiliki tanggung jawab untuk memantau pelanggaran dan menjatuhkan denda. Sementara itu,alkohol tetap ilegal di Saudi sehingga dinilai dapat menghalangi beberapa wisatawan untuk datang. Namun masih belum jelas apakah pria dan wanita asing yang belum menikah akan diizinkan untuk menginap di kamar hotel yang sama.
Baca Juga: Arab Saudi buka pintu lebar-lebar bagi turis asing, tak ada peraturan abaya lagi Tetapi larangan mengemudi perempuan telah dicabut dan hiburan publik, termasuk bioskop yang sebelumnya pernah dilarang, kini telah berkembang. Banyak pula restoran dan kafe yang telah menghilangkan hambatan fisik yang memisahkan pengunjung laki-laki dan perempuan dan tidak lagi berhenti melayani pelanggan pada waktu-waktu sholat.
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yang telah mempelopori reformasi untuk mendiversifikasi ekonomi dari ketergantungan pada minyak, mengatakan bahwa perempuan di Arab Saudi tidak perlu mengenakan penutup kepala atau abaya selama mereka berpakaian dengan hormat. Perubahan ini telah dilihat di dalam dan luar negeri sebagai bukti tren progresif, meskipun masih ada kendala. Selain itu, kekuasaan dinasti Al Saud masih dinilai sangat berkuasa di negara ini. Pihak berwenang di antaranya telah menahan aktivis hak-hak perempuan selama setahun terakhir di tengah penindasan yang lebih luas terhadap perbedaan pendapat.
Baca Juga: Pangeran Saudi: Pembunuhan Khashoggi terjadi di bawah pengawasan saya Editor: Tendi Mahadi