Maybank Foundation bina penenun di Lombok



LOMBOK. Maybank Indonesia lewat Maybank Foundation meluncurkan program Maybank Woman Eco Weaver. Program yang bertujuan memberdayakan perajin tenun perempuan ini dilakukan untuk menggerakkan ekonomi di ASEAN. Bekerja sama dengan Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK), Maybank memberi bantuan dana Rp 5 juta kepada 400 perajin.

Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria mengatakan, program ini merupakan kegiatan pemberdayaan perempuan yang menjadi kegiatan rutin Maybank Group. "Sehingga selain melaksanakan di Sumatra dan Jawa, kami menjalankan di daerah timur, Lombok," ujar Taswin.

Tujuan program ini untuk mendukung perempuan yang selama ini menjadi motor atau tulang punggung sebuah komunitas dan keluarga. Sehingga, Taswin berharap program ini membantu perajin tenun perempuan bisa dikenal hingga ke seluruh dunia.

Maybank memberikan bantuan modal micro financing kepada perajin tenun perempuan sebesar Rp 5 juta dan pendamping serta pelatihan dari ASPPUK. CEO Maybank Foundation, Shahril Azuar Jimin, bilang modal telah diberikan kepada 400 perajin tenun yang kini sudah diterima oleh 85 penenun di Lombok dan Sumatera Barat. Dan untuk program di Indonesia dan Kamboja, Shahril bilang alokasi dana yang telah digelontorkan Maybank sebesar 200.000 US Dollar.

Program ini akan dilanjutkan dengan program Maybank Woman Eco Weaver ke lima negara ASEAN lainnya dalam kurun waktu 3-4 tahun lagi. Serta program lain yang mendukung penyandang disabilitas di bidang bisnis. 

M. Firdaus, Direktur Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK) menyebut adanya program dukungan Maybank cukup membantu perajin tenun di Lombok. Baik dalam dana dan pembangunan learning centre untuk melatih dan mendampingi perajin tenun. 

Ada empat lokasi yang mendapat pendampingan dari ASPPUK yaitu di Lombok Timur, Lombok Tengah, Sawah Lunto dan Tanah Datar, Sumatera Barat. "Bentuk dukungan membantu kendala penenun dalam mendapat benang yang masih impor dari China dan pola pikir penenun generasi muda," imbuhnya.

Salah satu perajin tenun yang mengikuti program ini, Ifa dari Lombok Tengah menyebut, selama ini memang perajin tenun masih kurang mendapat perhatian pemerintah. Padahal pekerjaan perempuan di Lombok sebagian besar membuat kain tenun. Dalam sebulan, dia hanya mendapat omzet Rp 400.000 hingga Rp 500.000. "Semoga bantuan ini bisa meningkatkan pendapatan dan bisa ekspor ke luar negeri," ucap Ifa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini