Maybank kini punya manager investasi anyar



JAKARTA. Bisnis lembaga keuangan asal Malaysia kian menggurita saja di Indonesia. Agustus lalu, Maybank Asset Management Sdn Bhd (MAM) mengumumkan mengakuisisi 99% saham PT GMT Aset Manajemen, perusahaan manajemen investasi di Indonesia.

Setelah beberapa bulan menunggu, Maybank Asset Management selaku pengendali PT GMT Aset Manajemen mengubah nama perusahaan manajer investasi itu dengan nama GMT Maybank Asset Management yang resmi diluncurkan hari ini di Jakarta, Kamis (7/21).

Perlu diketahui, Maybank Asset Management sebelumnya mengakuisisi 99% saham GMT Aset Manajemen dari PT Kapital Asia. Artinya, 1% saham GMT Maybank Asset Management masih dipegang oleh PT Kapital Asia.


Untuk urusan manajemen, Maybank Aset Manajemen mempercayakan pucuk pimpinannya kepada Marto Sutiono sebagai Chief Executive Officer (CEO) GMT Maybank Asset Management.

Marto Sutiono bilang, alasan Maybank Aset Management mengakuisisi GMT Aset Manajemen karena melirik potensi ekonomi Indonesia. Di sisi lain, GMT Aset Manajemen sebelumnya bukanlah perusahaan manajer investasi skala besar, sehingga proses akuisisi lebih cepat dilakukan.

Karena ukuran bisnis GMT Aset Manajemen belum terlalu besar, Maybank melirik potensi tumbuhnya lebih besar. Tak hanya itu, Marto bilang, Maybank melihat potensi pasar dari reksadana ritel di Indonesia lebih menarik daripada di Malaysia.

Menurutnya, pasar reksadana di negara Malaysia cenderung dikuasai institusi bukan oleh investor ritel seperti di Indonesia. "Jadi, pasar (reksadana) di Malaysia agak membosankan," imbuh Marto.

Agar bisa tumbuh dan berkembang, GMT Maybank Asset Management akan memanfaatkan jaringan Maybank Group. Tapi, tentunya cara ini merupakan cara yang paling konvensional.

Nah, cara lain yang menjadi inovasi perusahaan adalah, GMT Maybank Asset Management akan menggunakan kios reksadana untuk menjual produknya. Saat ini, perusahaan telah memiliki beberapa kios di pusat perbelanjaan Jakarta.

Cara ini dilakukan demi mengenalkan produk reksadana untuk ritel, khususnya kepada para pedagang yang cenderung membenamkan duitnya di bank. Dengan begitu, nasabah reksadana ritel di Indonesia diharapkan bisa jauh lebih atraktif. "Strategi ini merupakan yang pertama di Indonesia," pungkas Marto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri