KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daya beli masyarakat tahun ini diprediksi bisa lebih baik. Hal ini akan mendorong kinerja PT Mayora Indah Tbk sepanjang tahun anjing tanah ini. Tapi perusahaan yang berkode MYOR ini perlu mewaspadai beberapa sentimen negatif. Salah satunya, volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Maklumlah, penjualan MYOR ke luar negeri cukup tinggi. Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menjelaskan, penjualan ekspor MYOR pada kuartal III-2017 lalu mencapai Rp 6,03 triliun, dari total penjualan senilai Rp 14,29 triliun. Angka ini setara 42% dari total penjualan perusahaan ini.
Sebenarnya pelemahan nilai tukar rupiah bisa berdampak positif sekaligus negatif bagi MYOR. Ketika dollar Amerika Serikat (AS) sedang menguat, MYOR berpeluang mendapatkan keuntungan dari selisih kurs antara rupiah dengan
the greenback. Tapi analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menambahkan, pelemahan rupiah juga berpotensi membuat beban pengeluaran MYOR meningkat. Sebab, sebagian bahan baku produk makanan dan minuman ringan milik perusahaan tersebut didapatkan secara impor. Selain masalah nilai tukar rupiah yang melemah, William menganggap tantangan terbesar bagi MYOR adalah tingkat persaingan bisnis yang sengit antar sesama perusahaan di sektor konsumer. Walau secara umum produk-produk MYOR dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, William melihat masih ada produk milik MYOR yang kalah saing di pasar dengan emiten lainnya di sektor yang sama. Belum lagi potensi persaingan yang kurang sehat di bisnis makanan dan minuman ringan yang perlu diwaspadai MYOR. Sebagai catatan, emiten ini pernah terlibat dalam kasus perselisihan antara produsen minuman Aqua pada pertengahan tahun lalu. "Walau secara kinerja tidak terlalu berpengaruh, adanya kasus bisa mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi di emiten ini," ungkap William. Belum lagi, kini banyak produk-produk makanan dan minuman ringan yang diimpor dari luar negeri. Hal ini bisa menjadi beban tambahan bagi MYOR. Biaya promosi Meski penuh tantangan, Reza menilai peluang kinerja keuangan dan bisnis MYOR tumbuh tetap ada. Untuk mengatasi tantangan persaingan, emiten ini dituntut terus melakukan inovasi terhadap produk-produknya. Inovasi bisa berupa penambahan produk atau varian hingga mempercantik kemasan. "Karena konsumen biasanya tertarik dari bentuk kemasannya dahulu," imbuh dia. Selain itu, perusahaan ini dapat meningkatkan promosi pada produknya, baik melalui televisi ataupun internet. Di samping itu, MYOR juga dapat memasarkan produk-produknya ketika menjalin kerja sama sponsor pada perhelatan tertentu. William sepakat bahwa langkah promosi produk perlu dilakukan dengan gencar oleh MYOR pada tahun ini. Apalagi, di tahun ini akan ada perhelatan besar yang berlangsung, seperti Asian Games dan pilkada. Tapi yang menjadi masalah, dalam satu tahun terakhir, MYOR terlihat melakukan efisensi pada biaya promosi. "Makanya patut dinanti, apakah MYOR akan benar-benar memanfaatkan momentum yang ada atau masih tetap melakukan efisiensi biaya," papar William.
Dalam riset 21 Februari, Analis Ciptadana Sekuritas Asia Niko Margaronis bilang, pabrik baru yang ditargetkan beroperasi pada pertengahan tahun ini dapat menjadi katalis positif bagi kinerja perusahaan ini secara jangka panjang. Karena itu Niko memprediksi pendapatan MYOR akan mencapai Rp 23,18 triliun pada tahun ini. Di saat yang sama, laba bersih emiten tersebut berpotensi mencapai Rp 1,69 triliun. Niko pun merekomendasikan jual saham MYOR pada target harga Rp 2.080 per saham. Sementara William memberi rekomendasi
hold untuk MYOR
, dengan target harga Rp 2.200 per saham. Adapun Reza menganjurkan beli MYOR dengan target harga Rp 2.800 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati