Mayoritas Aset Investasi BP Jamsostek Berada di Surat Utang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam menempatkan aset investasinya, BP Jamsostek masih paling banyak ditempatkan di surat utang. Per Desember 2021, portofolio aset di surat utang mencapai 63%.

Adapun, total dana investasi yang dikelola oleh BP Jamsostek sampai dengan akhir tahun 2021 mencapai Rp 553,5 triliun atau tumbuh sebesar 13,6% dari posisi akhir tahun 2020. Capaian tersebut juga melampaui 2% dari target dana 2021 yang sebesar Rp 542,4 triliun.

“Hasil investasi mencapai 6,95% pada tahun 2021, lebih tinggi dari targetnya yang sebesar 6,55%, di tengah situasi rendahnya tingkat suku bunga deposito sepanjang tahun 2021,” ujar Direktur Pengembangan Investasi BP Jamsostek Edwin Ridwan.


Baca Juga: Dengan JMO, Peserta BPJS Ketenagakerjaan Bisa Cairkan JHT hingga Rp 10 Juta

Edwin pun juga menyebutkan bahwa tahun 2022 ini, BP Jamsostek masih melanjutkan untuk menurunkan porsi saham dalam total portofolio secara alami. Sebaliknya, pihaknya akan memfokuskan alokasi penambahan dana investasi pada instrumen berbasis pendapatan tetap dan peningkatan alokasi pada investasi langsung maksimum 5%.

Selain 63% yang ditempatkan di surat utang, rincian portofolio lainnya dari aset investasi BP Jamsostek, adalah 19% di deposito, 11% di saham, 6,5% di reksa dana, dan 0,5% sisanya merupakan investasi langsung.

“BPJamsostek secara proaktif mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di pasar dengan menjalankan strategi dynamic asset allocation untuk mendapatkan hasil investasi yang optimal,” imbuh Edwin.

Baca Juga: Kemnaker Siap Realisasikan Program Jaminan PHK

Dalam menempatkan aset investasinya, terutama di saham, Edwin menyebutkan bahwa pihaknya melihat perusahaan yang memiliki kinerja fundamental  serta prospek yang baik dalam jangka panjang. Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan perusahaan dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dengan memastikan pemenuhan kewajiban kepada peserta sesuai jatuh tempo.

Di 2022, Edwin pun optimis dana kelolaan hingga akhir tahun diproyeksikan akan mengalami peningkatan 10,6% menjadi sebesar Rp 612,2 triliun. Meskipun, masih dibayangi situasi akibat peningkatan kasus Covid-19 varian omicron di awal tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .