Mayoritas bursa Asia melemah, lonjakan kasus virus corona jadi pemberat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Asia mayoritas dibuka dan bergerak di zona negatif pada perdagangan hari ini. Lonjakan kasus virus corona yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda jadi pendorong. 

Senin (3/8) pukul 08.20 WIB, indeks Nikkei 225 naik 373,36 poin atau 1,72% ke 22.083,36, indeks Hang Seng melemah 28,54 atau 0,12% ke 24.566,81. Serupa, indeks Taiex turun 7,95 poin atau 0,06% ke 12.656,85. 

Setali tiga uang, indeks Kospi naik 0,80 poin atau 0,04% ke 2.248,57 dan indeks ASX 200 naik 34,88 poin atau 0,59% ke 5.892,90.


Baca Juga: IHSG diprediksi menguat, ini rekomendasi saham untuk perdagangan hari ini (3/8)

Sementara itu, Straits Times turun tipis 16,55 poin atau 0,65% ke 2.513,27 dan FTSE Malaysia turun 7,40 poin atau 0,46% ke 1.596,35.

Selain kekhawatiran terhadap kasus infeksi virus corona yang terus merebak, investor juga khawatir terhadap paket stimulus AS yang dinilai masih kurang. Bahkan, Kepala Staf Gedung Putih Mark Meadows pesimistis, kesepakatan untuk mengeluarkan stimulus baru dapat tercapai. 

Tekanan bagi bursa saham di Asia juga terjadi setelah Fitch Rating pangkas outlook peringkat AS yang berada di triple A, dari stabil menjadi negatif. Ini terjadi setelah membengkaknya defisit anggaran akibat banjir stimulus yang digelontorkan pemerintah Negeri Paman Sam.

Lembaga pemeringkat kredit juga mengatakan arah masa depan kebijakan fiskal AS sebagian tergantung pada pemilihan presiden yang dilakukan bulan November serta hasil Kongres, mengingatkan ada risiko kebijakan kemacetan bisa berlanjut. 

Baca Juga: Rupiah diprediksi bergerak terbatas, sentimen eksternal jadi pemberat

"Di tengah perbaikan dalam sentimen bisnis, muncul sinyal bahwa dorongan awal dari permintaan yang terpangkas memudar dan kepercayaan konsumen turun lebih rendah," tulis Ekonom Barclays dalam sebuah catatan.

"Bersama dengan kekhawatiran tentang pasar tenaga kerja dan perkembangan virus, ini mengaburkan prospek dan dapat diperburuk jika dukungan fiskal AS tidak diperbarui pada waktunya."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari