TOKYO. Mayoritas saham yang diperdagangkan di bursa Jepang kembali dilanda aksi jual pagi ini (31/8). Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.17 waktu Tokyo, indeks Nikkei 225 Stock Average tergerus 0,7% menjadi 8.925,36. Sedangkan indeks Topix menurun 0.6% menjadi 739,40. Pergerakan sejumlah saham turut mempengaruhi bursa Asia. Beberapa di antaranya yakni: OSG Corp yang anjlok 1,7%, Ricoh Co turun 1,3%, dan Nippon Steel Corp berhasil ditransaksikan naik2,1%. Pergerakan bursa Jepang pada hari ini dipengaruhi oleh penurunan tingkat produksi industri Jepang. Data Kementrian Perdagangan Jepang menunjukkan, tingkat produksi Jepang pada Juli turun 1,2% dari bulan Juni. Padahal, hasil survei Bloomberg terhadap 27 ekonom meramalkan kenaikan sebesar 1,7%. Data negatif dari perekonomian Jepang ini semakin menambah sinyal adanya perlambatan ekonomi global."Perekonomian AS sudah berhenti mengalami kontraksi, namun masih jauh dari kata rebound. Ketidakpastian semakin meningkat di Eropa, sehingga turut menyeret pasar," jelas Juichi Wako, senior strategist Nomura Holdings Inc. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mayoritas saham di bursa Jepang terbenam
TOKYO. Mayoritas saham yang diperdagangkan di bursa Jepang kembali dilanda aksi jual pagi ini (31/8). Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.17 waktu Tokyo, indeks Nikkei 225 Stock Average tergerus 0,7% menjadi 8.925,36. Sedangkan indeks Topix menurun 0.6% menjadi 739,40. Pergerakan sejumlah saham turut mempengaruhi bursa Asia. Beberapa di antaranya yakni: OSG Corp yang anjlok 1,7%, Ricoh Co turun 1,3%, dan Nippon Steel Corp berhasil ditransaksikan naik2,1%. Pergerakan bursa Jepang pada hari ini dipengaruhi oleh penurunan tingkat produksi industri Jepang. Data Kementrian Perdagangan Jepang menunjukkan, tingkat produksi Jepang pada Juli turun 1,2% dari bulan Juni. Padahal, hasil survei Bloomberg terhadap 27 ekonom meramalkan kenaikan sebesar 1,7%. Data negatif dari perekonomian Jepang ini semakin menambah sinyal adanya perlambatan ekonomi global."Perekonomian AS sudah berhenti mengalami kontraksi, namun masih jauh dari kata rebound. Ketidakpastian semakin meningkat di Eropa, sehingga turut menyeret pasar," jelas Juichi Wako, senior strategist Nomura Holdings Inc. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News