KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA) memacu ekspansi di segmen tembaga, emas dan nikel. Emiten yang terafiliasi dengan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) dan Garibaldi "Boy" Thohir ini ingin bertransisi ke proyek tambang yang berumur lebih panjang.
Chief External Affairs MDKA Boyke Poerbaya Abidin mengungkapkan strategi ini sudah dimulai dari Tambang Tembaga Wetar di Maluku Barat Daya. Mempertimbangkan produktivitas dari umur tambang, MDKA fokus memanfaatkan sisa kandungan mineral Wetar untuk dipasok sebagai bahan baku Proyek Acid, Iron, Metal (AIM) di Morowali, yang akan mengolahnya menjadi bahan baku baterai. Keberadaan Proyek AIM pun bisa memperpanjang umur Tambang Tembaga Wetar hingga 10 tahun ke depan.
"Kami memanfaatkan sisa hasil penambangan untuk menjadi produk baru. Melakukan pekerjaan yang dimungkinkan dari sekadar perusahaan tambang, kami harapkan akan menjadi industri," kata Boyke, Rabu (13/12).
Baca Juga: Sumber Alfaria Trijaya Memperluas Ekspansi, Intip Rekomendasi Saham AMRT Head of Corporate Communication MDKA Tom Malik melanjutkan, portofolio jumbo lainnya adalah Proyek Tembaga Tujuh Bukit. MDKA terus memacu eksplorasi lanjutan, sehingga tambang tembaga terbesar ketiga di Indonesia ini diproyeksikan bakal bisa beroperasi pada tahun 2026 atau 2027. Tambang tembaga ini berada di bawah Tambang Emas Tujuh Bukit yang berlokasi di Banyuwangi. Dalam
pre-feasibility yang rampung pada Mei 2023, Proyek Tembaga Tujuh Bukit akan memproses 24 juta ton bijih per tahun untuk menghasilkan lebih dari 110.000 ton tembaga dan 350.000
ounces emas per tahun selama lebih dari 30 tahun. Pada komoditas emas, MDKA menggarap Proyek Pani di Gorontalo. Hingga September 2023, MDKA telah menyelesaikan pengeboran sepanjang 60.923 meter. Pengeboran tambahan sepanjang 14.000 meter dijadwalkan untuk sisa tahun 2023. Proyek Emas Pani diperkirakan mulai memproduksi emas pada akhir 2025. "Pemilik saham kami selalu melihat peluang kalau ada yang potensial dan menarik. Visi-nya memang beralih dari tambang-tambang jangka pendek ke
long term project. Jadi lebih fokus ke arah
sustainable production," terang Tom. Secara bersamaan, MDKA menggarap komoditas nikel beserta hilirisasinya lewat PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA). Anak usaha MDKA ini memiliki portofolio di segmen nikel matte, tiga smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF), Proyek AIM, tambang nikel Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), serta bersama Grup Tsingshan mengembangkan Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP). Di tengah ekspansi untuk pertumbuhan jangka panjang, Tom menekankan MDKA juga fokus pada operasional yang lebih efisien, sehingga bisa menekan biaya produksi. Dengan begitu, Tom berharap kinerja MDKA bisa lebih sehat pada tahun 2024. Hanya saja, Tom belum membeberkan target produksi, proyeksi kinerja keuangan, maupun alokasi belanja modal (capex) MDKA untuk tahun depan. Sekadar mengingatkan, pada tahun ini anggaran capex MDKA cukup jumbo, yakni senilai US$ 700 juta.
Baca Juga: NH Korindo Sekuritas Rekomendasikan Buy Saham INDF, Simak Ulasannya Soal kinerja, sepanjang sembilan bulan 2023 MDKA mengantongi pendapatan usaha sebesar US$ 1,17 miliar. Meski mampu melonjak 86,92% secara tahunan, tapi kenaikan pada sejumlah pos beban telah memangkas laba MDKA. Secara
bottom line, MDKA bahkan berbalik menanggung kerugian US$ 23,77 juta per September 2023. Pada perdagangan Kamis (14/12), harga saham MDKA menguat 1,75% ke level Rp 2.330. Namun secara
year to date masih merosot 43,35%.
Prospek & Rekomendasi Saham
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer mengamati pergerakan harga saham MDKA masih dalam fase
downtrend. MDKA juga sudah berada di
support area-nya dalam area Rp 2.280 - Rp 2.360. Jika MDKA melanjutkan tren
bearish, maka
support berikutnya berada di kisaran harga Rp 2.000. Sebaliknya, jika mengalami penguatan, maka akan kembali menguji
resistance di level harga Rp 2.800 - Rp 2.930.
Editor: Tendi Mahadi